Banyak kerusakan lingkungan yang kami temukan di dekat-dekat Jakarta dari ekspedisi yang kami lakukan mulai Ujung Genteng hingga Kepulauan Seribu,"
Jakarta (ANTARA News) - Tim ekspedisi alumni Institut Teknologi Bandung yang tergabung dalam Forum Tujuh Tiga menemukan kerusakan lingkungan serius di sepanjang kawasan Ujung Genteng hingga Kepulauan Seribu.

"Banyak kerusakan lingkungan yang kami temukan di dekat-dekat Jakarta dari ekspedisi yang kami lakukan mulai Ujung Genteng hingga Kepulauan Seribu," kata Ketua Fortuga Kelana Budimulya di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Sabtu.

Ia mengatakan, pihaknya merekam kerusakan-kerusakan lingkungan itu untuk kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku dan film dokumentasi agar kelak bisa menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah.

Menurut dia, temuan fakta itu sebagian besar disebabkan karena ulah masyarakat dengan industri-industri besar yang dibangunnya tidak bertanggung jawab.

Pada kesempatan yang sama Ketua Tim Ekspedisi Fortuga ITB Iwan Hignastio mengatakan kerusakan lingkungan yang terjadi tergolong serius dan perlu penanganan segera.

"Dari Ujung Genteng di Pantai Selatan Jawa Barat misalnya, ada penambangan pasir besi besar-besaran menyebabkan terjadi abrasi yang serius," katanya.

Ia mengatakan, ketika tim ekspedisi melanjutkan perjalanan ke Ciptagelar, tim menemukan mulai hilangnya hutan di kawasan itu. Namun di daerah Ciptarasa tidak jauh dari itu, keberadaan hutan masih terjaga karena dirawat oleh masyarakat adat setempat.

Gunung Haliman dan Gunung Salak (yang di dalamnya terdapat geotermal yang dikelola oleh PT Chevron) tergolong masih terpelihara dengan baik.

"Setelah itu tim bergerak ke Kawasan Gunung Gede-Pangrango yang pengelolaannya relatif bagus sebagai daerah resapan Cisadane-Ciliwung," katanya.

Sementara ketika tim sampai di situs Gunung Padang yang dinilai Iwan termasuk lokasi kontroversial karena banyak anomali di dalamnya, tim berpendapat masih diperlukan banyak penelitian lanjutan terhadap situs tersebut.

"Memang ada unsur buatan manusia tetapi materialnya murni dari alam dengan umur yang berbeda-beda mulai dari 20.000 tahun lalu, 10.000 tahun lalu, sampai 600 tahun lalu," katanya.
(H016/N002)

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013