Jakarta (ANTARA) -
Dunia perbukuan Indonesia kembali dilirik dunia pada festival buku Frankfurt di Jerman, Eropa, yang akan diselenggarakan pada 18-22 Oktober 2023 mendatang.
 
"Setelah pandemi, ini adalah acara yang pertama kali kami ikuti di luar negeri, ini menjadi sebuah ajang yang diharapkan akan membuka peluang perkembangan perbukuan di Indonesia," kata Kepala Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Supriyatno pada jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, tujuan hadirnya Indonesia dalam ajang internasional ini yakni untuk mempromosikan buku-buku terbitan milik pemerintah maupun swasta, meski dalam jumlah yang terbatas.
 
"Kami juga ingin menggali informasi tentang tren perbukuan di dunia, mengikuti perkembangan teknologi buku, serta memperluas jaringan pelaku perbukuan," ucapnya.
 
Tema yang diangkat oleh Indonesia dalam festival buku Frankfurt ini yakni "Buku bermutu untuk literasi Indonesia", yang merupakan salah satu dari episode Merdeka Belajar ke-25.kembali berkiprah di tingkat global yakni Frankfurt Global.
 
"Harapannya ke depan, kita bisa memiliki sebuah mekanisme perbukuan yang memungkinkan lebih banyak pelaku perbukuan untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti ini dengan mekanisme pemilihan dan asesmen yang cukup baik," tuturnya.

Baca juga: Kemenparekraf telah selesaikan buku panduan komunikasi krisis
 
 
Sebelumnya, Indonesia pernah menjadi tamu kehormatan pada festival buku Frankfurt di tahun 2015, dimana buku karya penulis Eka Kurniawan berjudul "Cantik itu Luka" diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dan hingga kini telah diterjemahkan ke dalam 39 bahasa dan sudah meraih berbagai penghargaan internasional.
 
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Arys Hilman yang turut hadir pada jumpa pers ini menyatakan bahwa Indonesia sudah sejak lama menarik perhatian dunia dengan buku-buku bermutu yang diterjemahkan ke berbagai bahasa, misalnya "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata, tetralogi "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer, "Pulang" dan "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori, dan yang terbaru "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala.
 
"Negara kita semakin dikenal sebagai negara penting dalam industri perbukuan di dunia. Ini seharusnya menjadi pertanyaan untuk kita, apakah kita siap dengan perhatian internasional?" ujarnya.
 
Arys menyampaikan, kekayaan budaya Indonesia menjadi nilai tambah bagi dunia internasional sehingga dilirik dalam ajang ini.
 
"Undang-Undang nomor 3 tahun 2017 itu di dalamnya mengamanatkan kepada pemerintah untuk membawa budaya nasional Indonesia ke khazanah kebudayaan dunia melalui buku, dan kita mesti konsisten mempertahankan dan terus meningkatkan prestasi agar Indonesia tidak hilang dari peta perbukuan dunia," ucapnya.
 
Selain buku-buku fiksi dan non-fiksi karya penulis mayor, Kemendikbudristek juga akan membawa buku-buku non-teks berjenjang yang telah disusun pusat perbukuan dengan menampilkan sisi empati dan keberagaman.
 
Selain itu, ada juga buku-buku cerita anak bergambar yang akan dibawa ke dunia bertemakan literasi lingkungan, finansial, dan kesehatan, sesuai dengan kebijakan Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk meningkatkan literasi masyarakat di bidang-bidang tersebut.

Baca juga: Industri percetakan butuh revitalisasi guna dukung ekpor buku sekolah

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023