Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengemukakan bahwa perubahan nama suatu daerah harus tetap mempertahankan identitas kultural masyarakat di wilayah setempat.

Koordinator Kelompok Riset Toponimi (penamaan tempat) Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra BRIN Nani Darheni dihubungi di Jakarta, Kamis, menjelaskan tentang identitas yang dimaksud, yakni memori kolektif masyarakat dan ciri khas yang dimilikinya sejak awal mereka menghuni wilayah tersebut.

"Penghilangan identitas tradisional-kultural, seperti penghilangan pengalaman, memori kolektif masyarakat setempat yang dari awal menghuni wilayah tersebut," ujar dia.

Ia mengemukakan perubahan nama daerah harus dengan tujuan yang jelas sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

Baca juga: BRIN sarankan penamaan di IKN utamakan bahasa daerah

Sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan terkait dengan perubahan nama daerah, antara lain tidak merusak memori kolektif masyarakat dan aspirasi masyarakat setempat, tidak menghilangkan sejarah dan identitas budaya, serta menyelenggarakan kajian yang melibatkan masyarakat, tokoh adat, dan pemegang kebijakan.

Nani mengatakan nama yang sudah ada sebaiknya tetap dipertahankan karena selaras dengan resolusi Kelompok Pakar Nama Rupabumi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGEGN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi, serta payung hukum lainnya di Indonesia.

Ia mengemukakan perubahan nama daerah bisa berdampak terhadap penghilangan sejarah dan asal-usul, serta budaya yang terkait dengan nama wilayah yang dimaksud.

Selain akan memunculkan kekacauan administrasi, katanya, juga berpotensi terjadi pembatalan sejarah penamaan wilayah yang akan memunculkan ketegangan antarwarga.

"Akan memunculkan kekacauan administrasi karena perubahan penamaan tempat wilayah administratif akan diikuti dengan perubahan pada identitas kependudukan masyarakat yang menghuni wilayah, seperti harus merevisi bahkan mengganti nama desa atau kelurahan yang lama diganti dengan yang baru," katanya.

Baca juga: Setu Babakan luncurkan buku toponimi sambut HUT DKI
Baca juga: Ridwan Kamil kenalkan Toponimi Gempa Cianjur pada Forum PBB di AS

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023