terjadinya kebakaran itu kan 74,7 persen akibat alat listrik
Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) memeriksa instalasi listrik warga di RW 03, 012 dan 016, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar) sebagai mitigasi bencana kebakaran.

Ketua Subkelompok Urusan Kesiapsiagaan BPBD DKI Jakarta, Embay Suhaimi menyebut terdapat 150 pasukan gabungan dalam pemeriksaan tersebut yang terdiri dari BPBD DKI, Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakbar, SatPol PP Jakbar, Kepolisian dan TNI serta perangkat Kelurahan Kapuk.

"Intinya kita tadi sosialisasi ya, kita mencoba melakukan pencegahan berupa edukasi dan pemantauan listrik ke wilayah-wilayah yang rawan di terjadi kebakaran, salah satunya di Kelurahan Kapuk ini," ucap Embay saat dihubungi di Jakarta pada Kamis.

Embay menyebut dalam pemeriksaan tersebut, pihaknya bersama PLN menemukan indikasi pelanggaran penggunaan listrik pada 16 rumah.

"Ada 16 titik (rumah) yang melakukan pelanggaran dan dilakukan pemutusan aliran listrik oleh pihak PLN. Ada yang melakukan penyuntikan (pencurian) di meterannya dan ada yang tidak menggunakan meteran," ungkap Embay.

Dalam pemeriksaan tersebut, kata Embay, petugas Gulkarmat juga menyebar stiker mengenai cara menanggulangi kebakaran kepada warga.

"Mereka (Gulkarmat) ada sosialisasi ke masyarakat dari mulai pencegahannya terus bagaimana juga melakukan simulasi pemadamannya. Makanya dia juga punya stiker-stiker tentang edukasi ke masyarakat, misalnya bagaimana penggunaan kabel yang benar seperti itu," kata Embay.

Ia mengimbau agar masyarakat taat dalam menggunakan listrik karena kelalaian penggunaan listrik dapat menyebabkan kebakaran.

"Gini ya, hampir rata-rata terjadinya kebakaran itu kan 74,7 persen akibat alat listrik. Nah itu warga itu hampir rata-rata yang seperti itu terjadi karena arus pendek. Makanya masyarakat perlu hati-hati gunakan listrik," ucapnya.

Selama ini, kata dia, banyak masyarakat menggunakan kabel-kabel yang tidak berstandar nasional.

"Itu yang kita khawatirkan makanya. Kedua, banyak pemakaian konsumen-konsumen sebenarnya kalau dibilang dulu itu nyolong-nyolong arus listrik gitu lah. Itu yang dikhawatirkan, karena dia langsung dari kabel, dari listrik sampai ke panelnya," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, banyak indikasi penggunaan satu meteran oleh empat sampai lima rumah sekaligus.

"Nah, biasanya satu titik meteran itu bisa ada lima atau empat cabang. Nah bahkan kabelnya kalau memang kita lihat tidak standar nasional atau ada kabel semrawut. Itu kita imbau supaya mengganti kabelnya. Jadi kita itu sebagai pembelajaran seperti itu," ucap dia.

Baca juga: BPBD DKI sebut pembaruan instalasi listrik bisa kurangi kebakaran

Baca juga: BPBD DKI periksa instalasi listrik di 10 kelurahan rawan kebakaran

Baca juga: Kerugian kebakaran Gedung Dishub DKI Jakarta Rp600 juta

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023