Harapan kami selaku lembaga yang dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk mengelola TPI, mudah-mudahan pada 2023 ini, target produksi Rp100 miliar bisa tercapai
Cilacap (ANTARA) - Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto mengatakan produksi perikanan tangkap di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelolanya sejak Januari hingga September 2023 telah mencapai Rp74 miliar.

"Harapan kami selaku lembaga yang dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk mengelola TPI, mudah-mudahan pada 2023 ini, target produksi Rp100 miliar bisa tercapai," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Jumat.

Ia mengaku optimistis dalam tiga bulan ke depan, target tersebut dapat tercapai karena hingga saat ini berbagai jenis ikan masih bisa ditangkap oleh nelayan di laut.

Menurut dia, optimisme tersebut muncul karena realisasi produksi perikanan tangkap pada bulan September bisa mencapai kisaran Rp16 miliar.

"Apalagi sampai sekarang potensi ikan yang bisa ditangkap nelayan masih tinggi, masih lumayan banyak. Mudah-mudahan bisa sama seperti bulan September karena sampai saat sekarang masih berlangsung musim angin timuran," jelasnya.

Bahkan berdasarkan informasi dari bagian produksi KUD Mino Saroyo, kata dia, realisasi produksi sejak awal Oktober hingga saat ini telah mencapai kisaran Rp15 miliar.

Menurut dia, realisasi produksi tersebut diketahui berdasarkan sistem informasi terintegrasi dari seluruh TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo.

"Padahal target produksi bulan Oktober paling tidak sama dengan September yang sebesar Rp16 miliar, tapi ternyata hingga saat ini sudah mencapai kisaran Rp15 miliar," tegasnya.

Ia mengharapkan kondisi cuaca tetap mendukung dan tidak ada halangan, sehingga hasil tangkapan nelayan Cilacap tetap tinggi.

Disinggung mengenai kemunculan ubur-ubur di perairan selatan Cilacap, Untung mengakui dalam beberapa dua bulan terakhir, nelayan setempat panen binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa itu.

Kendati demikian, dia mengatakan hasil panen ubur-ubur tersebut tidak berdampak signifikan terhadap produksi perikanan di Cilacap karena nilai ekonomisnya sangat kecil walaupun volumenya cukup besar.

"Volumenya juga tidak seperti tahun-tahun sebelumnya meskipun musim kemarau tahun ini enggak ada hujan. Kalau tahun kemarin enggak ada ubur-ubur karena hampir setiap hari turun hujan," kata Untung.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan ubur-ubur biasanya muncul di perairan selatan Cilacap saat musim kemarau atau musim angin timuran yang tidak disertai dengan adanya hujan.

Menurut dia, produksi ubur-ubur hasil tangkapan nelayan pada 2019 mencapai 900 ton, namun pada 2020-2022 turun drastis karena sering terjadi hujan.

"Apalagi pada 2022 ada fenomena La Nina, sehingga sering terjadi hujan. Padahal, ubur-ubur kalau ada hujan akan menghilang atau tidak muncul," ujarnya pula.

Terkait dengan hal itu, dia memperkirakan produksi ubur-ubur pada 2023 tidak sebanyak 2019 karena sempat terjadi hujan.

Baca juga: KUD Mino Saroyo Cilacap jadi percontohan koperasi perikanan

Baca juga: KUD Mino Saroyo: Nelayan Cilacap memasuki masa panen ikan

Baca juga: Pertamina dukung penuh Program Solusi Nelayan

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023