"Sampai minggu ke-40 terdapat 68.996 kasus dengan 498 kematian insiden rate 25,10/100.000 penduduk dan case fatality rate 0,72 persen," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dimintai keterangan di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan 68 ribu lebih kasus tersebut dilaporkan terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi, sedangkan kasus kematian akibat virus dengue terjadi di 195 kabupaten/kota di 32 provinsi.
Baca juga: BRIN inisiasi pengembangan vaksin DBD di Indonesia
Sebagai salah satu upaya melindungi masyarakat dari ancaman virus DBD, pihaknya saat ini sedang menunggu rekomendasi dari Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) untuk dapat mewajibkan vaksinasi DBD bagi masyarakat Indonesia.
"Tunggu saja rekomendasi dari ITAGI, sesegera mungkin," katanya.
Nadia menjelaskan penyakit DBD ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti yang memiliki habitat di negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Oleh karena itu, katanya, mendeteksi infeksi virus secara dini serta mengendalikan reproduksi nyamuk menjadi kunci penangan dan pencegahan DBD.
Selain itu, melakukan gerakan mencegah DBD melalui Program 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) mesti rutin dilakukan oleh masyarakat, terlebih apabila sudah mendekati musim hujan.
Ia mengimbau masyarakat segera mendapatkan pengobatan awal ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala infeksi DBD.
Baca juga: BRIN usulkan pemerintah wajibkan vaksin DBD
Baca juga: Kemenkes: Masyarakat jangan asal lakukan "fogging" untuk atasi DBD
Baca juga: Kemenkes targetkan kasus DBD turun dan nol kematian pada 2030
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023
