Jadi nanti teknologi pascapanen dari panen sampai terhidang ke meja, Indonesia menjadi salah satu yang terbesar. Sekitar 14 persen hilang setelah panen (food loss) dan 17 persen hilang di meja makan (food waste). Jadi total 31 persen itu hilang. Itu
Jakarta (ANTARA) - Plt Kementerian Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko sepakat mengembangkan teknologi pascapanen untuk mengurangi kerugian akibat food loss dan waste (susut pangan dan limbah pangan).

“Jadi nanti teknologi pascapanen dari panen sampai terhidang ke meja, Indonesia menjadi salah satu yang terbesar. Sekitar 14 persen hilang setelah panen (food loss) dan 17 persen hilang di meja makan (food waste). Jadi total 31 persen itu hilang. Itu nilai sekitar Rp550 triliun,” kata Plt Mentan Arief dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Melalui penandatanganan kesepakatan bersama tersebut, kedua pihak sepakat meningkatkan efisiensi hasil pertanian di Indonesia dengan menciptakan inovasi di bidang pangan mulai dari hulu ke hilir.

“Tak hanya inovasi pertanian di hulu, tapi hilirnya juga. Beliau (kepala BRIN) utang pada saya untuk teknologi iradiasi. Saya ingin menggunakan teknologi iradiasi untuk memperpanjang shelf life,” ucap Arief.

Menurut hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021, Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 dengan taksiran kerugian ekonomi sebesar Rp213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun.

Salah satu strategi pengurangan food loss dan waste adalah dengan mengembangkan teknologi iradiasi makanan yang saat ini sedang dikembangkan oleh BRIN.

Iradiasi makanan merupakan metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen.

“Penelitian ini tidak hanya fokus pada ekstensifikasi, tapi juga intensifikasi. Termasuk sampai pascapanen tadi supaya setelah dihasilkan bisa tahan lama. Contohnya bawang merah bisa tahan 2-3 bulan sehingga bisa didistribusikan ke berbagai lokasi tanpa harus jatuh harganya,” tambah Kepala BRIN Laksana.

Beberapa contoh bahan pangan yang rencananya akan menggunakan iradiasi makanan untuk memperpanjang waktu shelf life dari 12 komoditas pangan adalah cabai, bawang merah, dan telur.

Baca juga: Bali segera wujudkan fasilitas teknologi pascapanen

Baca juga: Balitbangtan kenalkan gerai pascapanen


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023