Asosiasi anatomiwan kayu ini menjadi sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pengenalan jenis kayu-kayu Indonesia secara tuntas.
Bogor (ANTARA News) - Para peneliti dan ahli anatomi kayu dari berbagai institusi berkumpul dan membentuk asosiasi anatomiwan kayu Indonesia sebagai wadah koordinasi dan evaluasi kinerja dan tugas para ahli tersebut.

"Perkumpulan atau asosiasi ini sangat penting bagi para peneliti dan ahli anatomi kayu Indonesia sebagai wadah pengembangan sumber daya profesional dalam bidang anatomiwan kayu," kata Kepala Pusat Peneliti dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan, IB Putera Parthama, Senin.

Dalam acara Diskusi Litbang Anatomi Kayu Indonesia di IICC, Kota Bogor, Jawa Barat, itu Putera mengatakan asosiasi anatomiwan kayu Indonesia dibentuk dalam acara Diskusi Litbang Kayu Indonesia yang ditandai dengan momen deklarasi asosiasi anatomiwan kayu Indonesia.

Ia mengatakan bahwa selama ini peneliti dan ahli anatomi kayu Indonesia bekerja secara sendiri-sendiri belum ada asosiasi yang mewadahi para ahli tersebut.

Selain itu, persoalan-persoalan yang dihadapi para ahli diantaranya belum semua jenis kayu teridentifikasi sementara data tersebut sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi kayu Indonesia yang kini mulai banyak yang hilang seiring banyaknya penebangan.

Tidak hanya itu, tantangan semakin besar dengan terbatasnya jumlah ahli atau peneliti anatomi kayu Indonesia sehingga membuat identifikasi 25 persen kayu Indonesia yang belum teridentifikasi menjadi terkendala.

"Semoga dengan adanya asosiasi ini menjadi wadah para anatomi kayu untuk mengidentifikasi seluruh kayu di Indonesia," kata dia.

Putera menambahkan bahwa persoalan anatomi kayu sangat membutuhkan peran para ahli terutama dalam mengidentifikasi jenis kayu Indonesia yang belum seluruhnya teridentifikasi.

"Asosiasi anatomiwan kayu ini menjadi sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pengenalan jenis kayu-kayu Indonesia secara tuntas," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013