Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memperhatikan manuver-manuver diplomatik sejumlah negara sahabat terkait dengan krisis nuklir Korea Utara (Korut) dan mempertimbangkan rencana kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Pyongyang, kata jurubicara kepresidenan RI. "Kami sedang mempelajari situasi yang berkembang, terutama perkembangan strategis di (Semenanjung) Korea, dan Indonesia mencermati manuver-manuver diplomatik yang sedang sangat intensif dilakukan ...," kata Staf Ahli Kepresidenan Bidang Luar Negeri merangkap Jurubicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Jakarta, Rabu. Manuver-manuver diplomatik yang dimaksud Dino adalah adanya kunjungan deputy premier China (ke Korut) dan kunjungan pejabat Amerika Serikat ke China. Menjawab pertanyaan tentang laporan Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip apa yang disebutnya "sumber diplomatik", bahwa Presiden Yudhoyono akan menunda kunjungannya ke Pyongyang pada 18-19 Juli 2006, ia mengatakan: "Yonhap kan bukan jurubicara Presiden (RI)." Menurut Dino, pihaknya baru akan mengumumkan perihal kunjungan tersebut sebelum Presiden Yudhoyono bertolak ke Medan, Kamis pagi. Sebelumnya, Yonhap mengutip pernyataan apa yang disebutnya "para pejabat KBRI Seoul" yang menyebutkan, Presiden Yudhoyono telah memutuskan untuk menunda kunjungan ke kedua Korea karena "situasi geopolitis baru". Awal pekan ini (10/7), Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menegaskan, rencana kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Korut masih sesuai jadwal, namun akan melihat perkembangan situasi, terutama reaksi Dewan Keamanan PBB dalam satu atau dua hari mendatang, sebelum melakukan analisa terhadap isu nuklir Korut. "Sampai hari ini kita bicara tentang rencana kunjungan sesuai jadwal," katanya seusai bertemu Presiden Yudhoyono untuk membahas isu Korea Utara. Hadir dalam pertemuan itu Nana Sutresna --utusan khusus Presiden Yudhoyono yang baru saja tiba dari Pyongyang-- dan Dino Patti Djalal. Menlu Hassan mengatakan Indonesia akan mencermati posisi bersama masyarakat internasional yang akan tercermin dari pernyataan atau resolusi Dewan Keamanan PBB yang sedang dibahas di New York, Amerika Serikat, tentang tindakan peluncuran peluru kendali oleh Korea Utara yang memancing reaksi negatif dari dunia internasional.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006