Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Sudibyo Alimoeso mengatakan perlunya optimalisasi peran orang lanjut usia (lansia) agar Indonesia dapat mengupayakan bonus demografi kedua sehingga berpotensi untuk membangun ekonomi perak.
 
"Gelombang bonus demografi pertama akan selesai pada Tahun 2041. Akan tetapi, jangan lupa, lansia Indonesia akan berjumlah tiga kali lebih besar pada Tahun 2045," ujar dia pada gelar wicara di Jakarta, Jumat.
 
Ia menyebutkan jumlah total lansia sekitar 61,4 juta orang pada 2045. Hal itu artinya satu di antara lima warga Indonesia pada 2045 adalah lansia.
 
Dengan jumlah yang demikian banyak, kata dia, Indonesia seharusnya bisa kembali mendapatkan bonus demografi yang kedua lewat pemanfaatan ekonomi perak pada 2045.
 
Ia menjelaskan ekonomi perak sebagai sistem produksi, distribusi, dan konsumsi barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan lansia sebagai subjek ekonomi.

Baca juga: Menko PMK instruksikan penyediaan sekretariat bersama layanan lansia

Untuk mendapatkan bonus demografi tersebut, Sudibyo menekankan pentingnya mempersiapkan lansia yang akan datang dengan baik sehingga mereka tetap dalam kondisi aktif pada masa tua.
 
"Dari banyaknya jumlah tersebut, kita harus memastikan lansia ini dalam keadaan sehat, minim komorbid sehingga tetap dapat bergerak dan berpartisipasi aktif di masa tua, tidak terbaring di rumah sakit atau bolak-balik perawatan medis," katanya.
 
Salah satu strategi yang dapat dilakukan, katanya, memastikan kelompok usia produktif hari ini menjaga pola konsumsi yang sehat secara berkesinambungan sehingga menjadi lebih sehat saat memasuki usia lansia.
 
Ia mengatakan perlunya pemerintah terus mempromosikan pola hidup sehat, perilaku hidup sehat dan bersih, edukasi terkait dengan berbagai layanan untuk menjamin hari tua, serta membuat sederet kebijakan yang ramah lansia.

Baca juga: Epidemiolog imbau lansia waspada stres akibat cuaca panas
Baca juga: BKKBN optimalkan program BKL di Jawa Tengah wujudkan lansia tangguh

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023