Jakarta, (ANTARA News) - Penangkaran Owa Jawa (silvery gibbon/Hylobates moloch) di Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB) telah menghasilkan dua ekor bayi satwa langka ini. "Nama dari masing-masing bayi itu adalah OJ, yang lahir pada 5 April 2005, dan J-Lo, yang lahir pada 11 Juni 2006," kata Sekretaris PSSP-IPB Ir Entang Iskandar MSi pada Simposium "Membangun Dukungan Publik dalam Konservasi Primata" di Pusat Primata Schmutzer Jakarta, Rabu (12/7). Tujuan penangkaran Owa Jawa oleh PSSP-IPB itu adalah untuk mendukung pelestarian dari satwa yang terancam punah tersebut, katanya. Sepasang bayi Owa Jawa itu lahir dari pasangan, Ari (15), Owa Jawa jantan dengan berat 6,8 kilogram, dan Mimis (7), Owa Jawa betina dengan berat 7,5 kilogram. Menurut Entang, pihaknya memulai penangkaran binatang bekerjasama dengan Taman Safari dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam sejak 20 Januari 2004. Pada awalnya, dua Owa Jawa itu dipisahkan dalam dua kompartemen yang dihubungkan dengan koridor yang tertutup. Ini menyebabkan mereka tidak memiliki kontak fisik kecuali hanya saling memandang. "Kami lakukan ini untuk melihat apakah ada ketertarikan antara mereka," kata Entang. Setelah melihat adanya ketertarikan, maka pada Juli 2004 koridor itu mulai sepenuhnya dibuka sehingga keduanya dapat melakukan kontak fisik. Pada pertengahan Oktober 2004 pertama kali terlihat tanda kehamilan pada Mimis. Setelah kelahirkan OJ pada April 2005 yang dilanjutkan dengan kelahirkan J-Lo 14 bulan kemudian, para peneliti masih menjaga dengan ketat keluarga primata tersebut, katanya. "Ini dilakukan agar Owa Jawa tersebut, khususnya yang kecil-kecil, tidak stres jika melihat orang yang tidak biasa mereka lihat," kata Entang sambil menambahkan bahwa terdapat sekitar lima orang yang menjaga satwa tersebut. Sementara itu, Peneliti dari Departemen Biologi Universitas Indonesia (UI) Luthfiralda Sjahfirdi, mengatakan, Owa Jawa adalah satwa primata yang hanya terdapat di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ciri-ciri dari satwa tersebut adalah monogamis (hanya memiliki satu pasangan) dan teritorial (memiliki wilayah tempat tinggal yang sangat dijaga). Setiap hari mereka biasa menjelajah sekitar 1.400 meter per hari dan waktu aktif mereka sekitar delapan hingga 10 jam per hari. Menurut Peneliti Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi UI, Brotoraharjo, jumlah fauna langka itu hanya sekitar 4000 ekor.(*)

Copyright © ANTARA 2006