Islamabad (ANTARA News) - Perdana Menteri baru Pakistan Nawaz Sharif, Rabu, menyerukan penghentian serangan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat di daerah barat laut negara itu, setelah parlemen menyetujui untuk masa jabatan ketiganya.

Sekitar 13 tahun setelah ia disingkirkan dalam satu kudeta dan diasingkan, pria yang berusia 63 tahun tersebut secara resmi dipilih oleh Majelis Nasional dan dijadwalkan dilantik menggantikan Presiden Asif Ali Zardari, Rabu petang.

Negara itu menghadapi serangkaian masalah mulai dari pengurangan kekuasaan sampai aksi perlawanan Taliban, dan perdana menteri baru itu mengatakan kepada warga agar ragu dalam mengahdapi tantangan yang ada di depan.

Sharif mendukung perundingan-perundingan perdamaian dengan Taliban, walaupun militer --yang berpengaruh-- dikabarkan sangat ragu pada gagasan untuk menangani pemberontakan itu.

Ia secara terbuka mengecam serangan pesawat tanpa awak yang menewaskan salah seorang pemimpin Taliban, Waliur Rehman, pekan lalu, mengulangi keluhan-keluhan lama Pakistan bahwa operasi militer AS itu melanggar kedaulatan nasional.

Pada Rabu, Sharif menggunakan pidato pertamanya sebagai perdana menteri mengulangi kecemasan-kecemasannya.

"Kita menghormati negara-negara lain dan mereka juga harus menghormati kedaulatan kita. Operasi ini harus dihentikan," katanya. Ia mengusulkan satu strategi luas untuk menumpas ekstremisme.

Serangan-serangan rudal oleh pesawat-pesawat tanpa awak AS sangat tidak populer di Pakistan, tetapi Washington menganggap itu sebagai satu alat penting dalam perang terhadap Taliban dan gerilyawan Al Qaida --yang berpangkalan di daerah-daerah suku yang kacau Pakistan.

Hubungan dengan Washington adalah bagian penting dari masa jabatan Sharif, terutama ketika NATO menarik pasukannya dari Afghanistan pada akhir tahun depan setelah lebih dari 12 tahun perang.

Sharif mengatakan Pakistan akan bekerja sama dengan NATO ketika pasukan ditarik, tetapi memperingatkan bahwa Washingon harus memperhatikan secara serius kecemasan Islamabad menyangkut serangan-serangan pesawat tanpa awak itu.

Di bidang ekonomi Pakistan mengalami beberapa tahun pertumbuhan yang lemah dan nilai mata uang lemah sementara cadangan divisa berkurang, demikian AFP.
(H-RN/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013