berharap agar nantinya implementasi teknologi Wolbachia ini dapat diperluas ke 21 Kabupaten lainnya di NTT
Kupang (ANTARA) - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin meminta Dinas Kesehatan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk aktif memberikan edukasi terkait manfaat teknologi Wolbachia kepada masyarakat dalam mencegah dan mengurangi penyakit Demam Berdarah (DBD).

"Kami minta Dinas Kesehatan Kota Kupang aktif memberikan edukasi kepada masyarakat terkait teknologi Wolbachia," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri peluncuran Implementasi Teknologi Wolbachia di Kantor Camat Oebobo, Kota Kupang, Selasa.

Menkes meminta, Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas dapat menjalin koordinasi dengan pihak akademisi untuk mengadakan riset guna mengetahui data dampak sesudah dan sebelum diimplementasikan teknologi Wolbachia dilakukan sehingga kebijakan kita dapat jauh lebih baik lagi kedepannya.

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam mencegah dan mengurangi penyakit Demam Berdarah (DBD) harus dimulai dari tingkat Puskesmas dan Posyandu.

“Demam berdarah adalah virus yang dibawa oleh nyamuk dan teknologi Wolbachia ini telah diteliti di Universitas Gajah Mada Yogyakarta oleh peneliti Indonesia. Data Demam Berdarah di Yogyakarta dengan adanya teknologi Wolbachia ini menurun drastis. Teknologi Wolbachia ini bagus, maka kemudian kami pilot project kan di lima kota dan Kota Kupang salah satunya,” ujar Menkes.

Baca juga: Kemenkes jadikan wolbachia topik utama "Asean Dengue Day" 2023
Baca juga: Kemenkes: Wolbachia teknologi ramah berkelanjutan untuk lawan dengue


Ia berharap virus demam berdarah di Kota Kupang dapat menurun sehingga masyarakat menjadi lebih sehat.

Sementara itu Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G. L. Kalake menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan karena telah memilih Kota Kupang sebagai salah satu dari lima kota Pilot Project Implementasi Wolbachia.

Ayodhia mengatakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan yang serius di NTT.

Menurut dia semua kabupaten/kota di NTT masuk kategori endemik penyakit dengue dengan hampir setiap tahun terjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD serta peningkatan kasus dan kematian di beberapa daerah.

Baca juga: Uji coba "Wolbachia", pelumpuh virus dengue dilakukan di 7 daerah
Baca juga: Pemerintah diminta monitor dampak Wolbachia dalam pengendalian dengue


Ia mengatakan kasus DBD yang terjadi di NTT pada 2022 mencapai 3.376 kasus dengan 29 kasus kematian.

Beberapa Kabupaten/Kota dengan kasus tertinggi yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Sikka, Sumba Barat Daya, Kota Kupang dan Sumba Barat, sedangkan kasus kematian tersebar di 13 Kabupaten/Kota termasuk di Kota Kupang dengan 1 kasus kematian.

“Pemerintah Provinsi NTT berharap dengan terpilihnya Kota Kupang dalam implementasi teknologi Wolbachia dapat meningkatkan pemahaman masyarakat NTT tentang teknologi ini. Selain itu, kami juga berharap agar nantinya implementasi teknologi Wolbachia ini dapat diperluas ke 21 Kabupaten lainnya di NTT sehingga dapat mengurangi kasus DBD di NTT secara signifikan,” katanya.

Dia menambahkan beberapa bulan ke depan akan memasuki musim penghujan yang cenderung meningkatkan jumlah kasus DBD, sehingga perlu waspada dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan langkah 4M Menguras, Menutup, Mengubur dan Memantau plus gunakan obat nyamuk, kelambu dan tanam tanaman pengusir nyamuk serta segera ke fasilitas kesehatan jika ada gejala-gejala DBD.

Menurut dia, implementasi teknologi Wolbachia dapat berhasil mengurangi jumlah kasus DBD apabila ada kerja kolaborasi dari pemangku kepentingan dan partisipasi aktif dari masyarakat demi mewujudkan NTT maju dan sejahtera melalui upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Baca juga: Jakbar siapkan kader untuk uji coba "Wolbachia” lawan virus dengue
Baca juga: Sudinkes Jakbar gunakan bakteri wolbachia sebagai solusi atasi DBD
Baca juga: Ahli: Wolbachia atasi dengue perlu diiringi pengendalian terintegrasi

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023