... tetapi laporkan kondisi yang sebenarnya saat mereka berkunjung dan melihat kemari... "
Beijing (ANTARA News) - Negara Tirai Bambu, China, membuka lebih lebar lagi tirainya bagi dunia luas. Saban tahun mereka mengundang hingga 10.000 wartawan mancanegata pertahun untuk melihat dan melaporkan perubahan dilakukan untuk rakyat dan negara tetangga dan sahabatnya.

Jika angka itu tetap, maka dalam sehari secara rata-rata hadir sekitar 27 atau 28 wartawan dari luar negerinya untuk menjejakkan kaki di tanah China; guna membuat reportase langsung dari sana.

Wakil Presiden Harian People's Daily, He Chongyuan, ketika menerima sejumlah wartawan asing di kantornya, di Beijing, Sabtu, mengatakan, mereka ingin wartawan mancanegara datang dan melihat langsung kondisi China saat ini dan melaporkannya secara objektif.

Dia menjelaskan, seringkali media barat mengabarkan secara bias tentang China dan kebijakannya pada suatu masalah. China merupakan satu kiblat komunisme secara ideologis di dunia yang menjalankan kebijakan ekonominya secara terbuka; namun informasi masih dikendalikan negara.

Wartawan senior yang sudah meliput selama 33 tahun itu mengatakan pandangan bahwa bad news is good news menjadikan media barat tidak melaporkan keberhasilan yang dicapai negeri berpenduduk terbesar di dunia itu.

"Kami sudah melakukan banyak protes atas sejumlah laporan dari media barat untuk meluruskan kondisi yang sebenarnya," kata He.

Kondisi itu yang membuat pemerintah China menggelar serangkaian lokakarya dan mengundang ribuan hingga 10.000 wartawan mancanegara dalan setahun untuk mengunjungi dan melihat secara langsung.

Sementara Direktur Jenderal Hubungan Luar Negeri People's Daily, Zhao Jiaming, pada kesempatan sama, mengatakan, sesungguhnya media dan wartawan memiliki konsep ide besar yang sama tentang jurnalistik yakni jujur pada kondisi yang ditemukan.

"Kami tidak ingin media mancanegara melaporkan yang baik-baik saja tentang China, tetapi laporkan kondisi yang sebenarnya saat mereka berkunjung dan melihat kemari," ujar Zhao.

Pada perbincangan tersebut juga disinggung tentang Chinese Dream yang dipopulerkan Presiden China, Xi Jinping, pada Agustus tahun lalu. Xi merupakan pemimpin China yang tergolong muda.

Menurut Deputi Dirjrn Koordinatur Liputan People's Daily, Ding Wei, konsep Chinese Dream berbeda dengan American Dream karena Chinese Dream digali dari kondisi dan filosofi timur negeri itu agar negeri berpenduduk 1,3 miliar itu bisa mewujudkan cita-cita warganya, terutama pada kesejahteraan sosial.

People's Daily adalah koran terbesar di China dengan oplah lebih dari tiga juta eksemplar. Didirikan pada 1 Juni 1948 kini memiliki karyawan sekitar 10.000 orang dengan 3.000 diantaranya wartawan.

Koran ini juga memiliki sejumlah media, termasuk majalah People`s Tribune, Koran Global Times, dan portal berita.

(E007/Z002)

Pewarta: Erafzon SAS
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013