Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerapkan teknik serangga mandul (TSM) pada nyamuk Aedes Aegypti untuk menekan populasi penyebab demam berdarah dengue (DBD) itu.

"Tujuannya supaya populasi nyamuk DBD ini bisa ditekan sampai batas aman," kata Peneliti Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi Organisasi Tenaga Nuklir BRIN Beni Ernawan di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan metode yang digunakan dalam TSM memanfaatkan paparan radiasi gamma Cobalt 60 dan Cesium yang dipaparkan ketika nyamuk DBD dalam fase pupa.

Target utama dari teknik ini, memandulkan nyamuk jantan Aedes Aegypti sehingga meski melakukan kawin, telur sang betina tidak bisa menetas.

Baca juga: Kemenkes tebar telur nyamuk Wolbachia di Kupang guna mengatasi DBD

Ia mengatakan salah satu kelemahan utama teknik ini daya saing kawin (mating competitiveness) menurun dibandingkan dengan jantan normal (noniradiasi)

"Nyamuk jantan mandul yg terpapar sinar gamma kemampuan terbang, umur, dan daya saing kawinnya turun" katanya..

Ia mengatakan kekurangan tersebut dapat diatasi dengan mekanisme penyebaran nyamuk DBD yang dimandulkan dengan konsep pembanjiran populasi (overflooding ratio) dari populasi nyamuk DBD biasa di wilayah tersebut.

Hal tersebut bertujuan meningkatkan potensi nyamuk DBD jantan mandul untuk bersaing dengan jantan normal untuk mengawini betina di alam liar.

Kementerian Kesehatan mencatat hingga Oktober 2023 terdapat 68.996 kasus DBD dengan kasus kematian 498 jiwa.

Sebanyak 68 ribu lebih kasus tersebut dilaporkan terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi, sedangkan kasus kematian akibat virus dengue terjadi di 195 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Baca juga: BRIN usulkan pemerintah wajibkan vaksin DBD
Baca juga: Kemenkes: Ada 68,996 kasus DBD hingga Oktober 2023
Baca juga: BRIN inisiasi pengembangan vaksin DBD di Indonesia

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023