Roughing filter untuk membersihkan polutan pengotor air baku garam. Rumah garam untuk memproduksi garam. Sementara mini washing plant digunakan untuk mencuci, mengeringkan, dan menghaluskan kristal garam dengan memisahkannya dari bahan pengganggu
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) memberdayakan warga di Desa Banyusangka, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur untuk dapat memproduksi garam kualitas baik melalui penerapan teknologi tepat guna.

Manajer PHE WMO Field Markus Pramudito dalam keterangan di Jakarta, Kamis, menjelaskan bahwa melalui program bertajuk "Tretan Berseri Salt Center Terintegrasi", warga desa yang kebanyakan nelayan itu juga dilatih melakukan diversifikasi produk garam serta menjalankan eduwisata garam.

Markus menyatakan teknologi tepat guna yang digunakan ada tiga, yakni roughing filter, rumah garam, dan mini washing plant atau alat cuci garam.

"Roughing filter untuk membersihkan polutan pengotor air baku garam. Rumah garam untuk memproduksi garam. Sementara mini washing plant digunakan untuk mencuci, mengeringkan, dan menghaluskan kristal garam dengan memisahkannya dari bahan pengganggu," kata Markus Pramudito.

Rumah garam terintegrasi berbeda dengan rumah garam tradisional yang tidak bisa memanen garam saat hujan. PHE WMO pun berinovasi dengan memanfaatkan limbah padat non B3 di perusahaan yang tidak terpakai. Mereka membuat rumah garam bongkar pasang dengan konstruksi yang lebih kuat.

Penerapan teknologi membuat kristal garam yang dipanen lebih halus, bersih, kadar NaCl meningkat dari 56,12 persen menjadi 94,07 persen. Sementara itu diversifikasi produk garam seperti pembuatan bumbu dendeng, sabun cuci, garam relaksasi, eco detergent, dendeng ikan, vanilla sea salt, permen karet, cabai garam, dan bumbu tabur bangkok melibatkan para wanita di desa.

Tahun ini Salt Center juga menggunakan teknologi ulir filter sebagai metode produksi garam dengan memodifikasi petak produksi garam untuk mempercepatan air dan proses kristalisasi garam.

"Kami juga melakukan pelatihan pengenalan cuaca menggunakan sumber daya lokal untuk menjawab persoalan ketidakmenentuan cuaca yang terjadi, sehingga membuat petani garam dan petani lainnya ragu-ragu dalam proses pertanian," kata Markus Pramudito.

Pelatihan ini melibatkan Universitas Trunojoyo Madura. PHE WMO berbagi pengetahuan dalam pemanfaatan data-data kelautan untuk prediksi cuaca. Dengan adanya kegiatan pelatihan cuaca tersebut, kelompok diharapkan dapat mengidentifikasi indikasi cuaca melalui jenis awan yang terbentuk serta arah angin.

Head of Communication Relation and CID Zona 11 PHE WMO, Ulika Trijoga Putrawardana mengatakan program Tretan Berseri Salt Center Terintegrasi sesungguhnya telah dimulai pada 2018. Namun karena pandemi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wijayakusuma yang diajak bekerja sama pun mulai berkonsolidasi bersama PHE WMO pada 2021. Program kembali dilaksanakan pada 2022.

Ulika mengatakan pihaknya memiliki misi ganda pengembangan masyarakat dengan program itu. Tak hanya memperkuat perekonomian masyarakat lokal melalui produksi garam, perusahaan juga berusaha menjaga lingkungan pantai agar tetap bersih berseri.

Program ini juga menghidupkan eduwisata atau wisata edukasi bagi pelajar. Melalui salt center, PHE WMO memperkenalkan proses pembuatan garam ke sekolah-sekolah melalaui kunjungan lapangan langsung maupun dengan menggunakan modul belajar yang telah dibuat. Kegiatan ini merupakan inovasi dan terobosan baru yang dikembangkan untuk memperluas pengetahuan pengelolaan garam rakyat.

Program Salt Center juga mengubah cara berpikir dan orientasi masyarakat tradisional pembuat garam, dari yang terbiasa individual menjadi berorganisasi dan menyelesaikan persoalan bersama kelompok dan mau menerima perkembangan teknologi.

"Pengelolaan distribusi garam dilakukan secara terpusat melalui BUMDes Wijayakusuma dan kerja sama dengan petani garam di wilayah desa lainnya untuk pencucian garam dan penjualan garam rakyat. Ini menjadi hal baru dari pengembangan program tersebut," ujar Ulika.

Ahmad Bukhori Muslim, Ketua BUMDes Wijayakusuma mengatakan dengan adanya program dari PHE WMO, nelayan Banyusangka tak lagi kesulitan mencari garam.

“Pertamina juga memberi pelatihan diversifikasi garam, bagaimana caranya garam bisa jadi produk lain. BUMDes menyediakan modal untuk ibu-bu itu. Produk mereka dijual BUMDes kepada konsumen sehingga ikut menggerakkan perekonomian desa," kata Bukhori.

Baca juga: PIS dan PHE WMO kerja sama mengoptimalkan FSO Abherka

Baca juga: Pertamina WMO tambah produksi minyak 5.400 barel/hari

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023