Aden (ANTARA News) - Pasukan Yaman hari Senin menangkap seorang pemimpin lokal Al Qaida dalam penyerbuan terhadap tempat persembunyiannya di wilayah timur negara itu, kata Kantor Berita Saba.

Penangkapan itu dilakukan hanya beberapa hari setelah operasi militer untuk menggagalkan rencana pembentukan sebuah negara Islam di wilayah tersebut, lapor Reuters.

Saba mengutip satu sumber militer yang mengatakan, dua prajurit tewas oleh orang-orang bersenjata yang menembaki pasukan penyerbu ketika mereka mendekati tempat pertanian dimana Omar Ashour bersembunyi, di dekat kota Ghail Bawazeer di provinsi Hadramout, Yaman timur.

Saba mengatakan bahwa Ashour, yang ditangkap bersama putranya, Abdullah, didapati memiliki paspor, yang mengisyaratkan mereka berencana melarikan diri dari Yaman.

Pasukan Yaman yang didukung tank dan helikopter pada Rabu menyerang militan Al Qaida di Ghail Bawazeer setelah ada laporan-laporan bahwa kelompok itu berencana mendeklarasikan sebuah negara Islam di sana.

Sumber-sumber keamanan Yaman mengatakan bahwa tiga prajurit, termasuk komandan pasukan, tewas dalam pertempuran, bersama sedikitnya tujuh militan. Namun, kementerian pertahanan mengatakan, hanya satu prajurit tewas dan lima lain cedera.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013