Saya kirim Mba Endang (dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat) ke Argentina untuk melihat bagaimana kesehatan jiwa ditangani di dunia
Manado (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat kunjungan kerja ke Manado, menyebutkan Sulawesi Utara menjadi model pengembangan layanan kesehatan berbasis masyarakat.

"Saya kirim Mba Endang (dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat) ke Argentina untuk melihat bagaimana kesehatan jiwa ditangani di dunia," ujar Menkes Budi di Manado, Jumat.

Menurut dia, ternyata ada banyak gangguan mental atau kesehatan mental harus diatasi.

Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Menkes tantang nakes pelajari ilmu hormon

"Masalahnya memang deteksi dini. Untuk mengetahui seseorang sakit itu sekarang belum baik, sehingga akibatnya terlambat dirawat, sudah sakit parah dan masuk rumah sakit jiwa dan bukan hanya di Manado, di Sulawesi Utara, di Indonesia tetapi juga dunia," ujarnya.

Karena itu, kata Menkes, harus diperbaiki penanganan kesehatan jiwa masyarakat.

"Saya bicara sama Pak Gubernur (Olly Dondokambey), saya ada 'pilot project' yang dibantu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkaitan dengan penanganan kesehatan jiwa. Kebetulan pak gubernur berinisiatif membangun rumah sakit jiwa, nah kita beresin," ujarnya.

Konsepnya, kata Menkes, akan berubah di mana rumah sakit jiwa bukan hanya khusus merawat pasien jiwa, tetapi yang benar adalah setelah mendapatkan penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan secepat mungkin dikembalikan ke komunitas.

"Kan kasihan, masa harus diasingkan. Idenya dia harus diturunkan secepat mungkin dari rumah sakit jiwa ke komunitas agar dekat dengan keluarga," katanya.

Menkes menegaskan, tidak ada yang namanya rumah sakit khusus, akan tetapi seharusnya semua rumah sakit bisa melayani pasien dengan gangguan kejiwaan.

Baca juga: Dinkes Semarang ungkap temuan 445 kasus depresi

Kalau pasien berada di rumah sakit khusus, maka akan ada stigma bahwa orang ini derajatnya berbeda dan ini akibatnya berdampak pada penanganan yang tidak baik, kesehatan jiwa tidak sembuh-sembuh.

"Konsep perubahan ini drastis karena secara sosial juga perlu bisa diterima. Masyarakat kita masih ada sebagian besar pasien jiwa ditinggalkan di rumah sakit," katanya.

Padahal, kata Menkes, kalau ada yang sakit jiwa, keluarga, teman, saudara harusnya kita ikut menyehatkan secara bersama-sama.

"Jadi itu, rumah sakit jiwa dijadikan rumah sakit umum tapi ada kesehatan jiwa, dan rumah sakit umum lainnya juga harus ada bagian pelayanan jiwa. Dan fungsinya, bukan seumur hidup di sana (rumah sakit), dia harus disembuhkan dan didorong baik ke keluarganya," ujarnya.

Dia mengatakan, arah penanganan masalah kejiwaan akan mengikuti "best practice" dunia dimana peran layanan kesehatan jiwa tidak semuanya menjadi tanggung jawab rumah sakit.

"Ini juga akan didorong berbasis masyarakat lebih banyak, termasuk nantinya ketergantungan napza dan obat," ujarnya.

Ia mencontohkan sama seperti merawat orang tua yang sakit kanker misalkan, yang tidak terus menerus menetap di rumah sakit, tetapi kembali ke rumah dan dirawat keluarga.

"Itu akan memberikan kwalitas hidup yang paling baik. Tinggal sekarang keluarga dilatih bisa merawat tanpa beban, ada alat-alat ada, akses ada, pengobatan. Itu sekarang yang akan kita pilot project-kan, bagaimana modelnya kita contoh di luar negeri, sekarang kita coba di Indonesia, pertama kali di Manado," ujarnya.


Baca juga: Penurunan partisipasi picu gangguan jiwa pada lansia  

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023