Gaza (ANTARA) - Serikat media Palestinian Journalists Syndicate (PSJ) memperingatkan aksi "pembantaian" yang dilakukan Israel terhadap jurnalis di Jalur Gaza, di tengah penghentian akses internet dan komunikasi.

"Lebih dari 24 jurnalis dan puluhan keluarga mereka telah tewas, sementara puluhan rumah jurnalis dan lembaga media juga hancur," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Serangan tersebut "adalah bagian dari kebijakan sistematis dan keputusan resmi untuk mengintimidasi jurnalis untuk mencegah penyebaran informasi tentang kejahatan (Israel) kepada dunia," tambah mereka.

Jalur Gaza pada Jumat kehilangan semua koneksi internet di tengah serangan bom Israel, sehingga semakin mempersulit penduduk di Gaza untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

Tentara Israel pada Jumat memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang telah digempur serangan udara tanpa henti oleh Israel sejak serangan lintas batas yang dilakukan Hamas.

Konflik tersebut meningkat secara dramatis setelah sayap militer Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober dengan menembakkan ribuan roket dan mengerahkan ratusan pejuangnya ke kota-kota di Israel.

Israel membalasnya dengan serangan udara dan artileri tanpa henti ke Jalur Gaza, dan pemerintahnya mengumumkan tengah mempersiapkan serangan darat untuk membasmi Hamas.

Lebih dari 8.700 orang telah tewas dalam konflik tersebut, termasuk sedikitnya 7.326 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.

Sebanyak 2,3 juta penduduk di Gaza bergulat dengan kelangkaan makanan, air, dan obat-obatan akibat pengeboman udara besar-besaran dan blokade daerah itu secara total oleh Israel.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Keluarga tewas, jurnalis Al Jazeera tetap laporkan serangan Israel
Baca juga: Keluarga jurnalis Al Jazeera tewas terkena serangan udara Israel
Baca juga: CPJ: 23 jurnalis terbunuh selama konflik di Gaza

 

Penerjemah: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023