... dulu dihina, tidak ada yang mau menjadikan menantu. Setelah jadi orang sukses, banyak yang menawarkan anaknya menjadi menantu.
Kulon Progo (ANTARA) - "Jangan malu menjadi petani. Pendapatan petani milenial juga tidak kalah dengan gaji pegawai," ucap Ngatimin, petani sukses di Kulon Progo.

Sepanjang hamparan lahan pasir Pantai Selatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terlihat dipadati tanaman cabai yang menjadi ladang emas bagi petani di kawasan tersebut.

Luas lahan pasir itu dari Trisik sampai Karangwuni mencapai 1.366 hektare. Petani lahan pasir memiliki masa tanam cabai pada Maret dan Agustus. Adapun lahan yang tidak ditanami cabai, oleh petani ditanami tanaman hortikultura mulai dari semangka, melon, terung, kacang panjang, dan sawi.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Trenggono di Kulon Progo menyebutkan perputaran ekonomi di kawasan lahan pantai sangat tinggi, khususnya saat panen cabai dengan harga di atas Rp50 ribu. Perputaran uang bisa di atas Rp7 miliar.

Untuk itu, lahan pasir Pantai Selatan disebut ladang emas petani di Kulon Progo. Petani menyulap lahan pasir menjadi ladang emas. Pada saat harga cabai di bawah Rp10 ribu, petani tetap mempertahankan tanaman. Begitu juga saat harga cabai mahal, petani merawat tanaman cabai seperti anaknya.

Dengan demikian, produksi cabai di lahan pantai tetap ada sepanjang tahun. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, produksi cabai dari Januari sampai September mencapai 11.505,9 ton.

Lahan pasir Pantai Selatan Kulon Progo ini merupakan kawasan ekonomi hortikultura karena menjadi penyangga produksi cabai nasional. Sepanjang kawasan pesisir selatan, khususnya di Kecamatan Galur dan Panjatan, itu merupakan sentra produksi hortikultura mulai dari cabai, semangka, dan melon.

Hal yang membanggakan, yakni wilayah selatan menjadi sentra cabai yang menjadi pemasok kebutuhan cabai nasional.

Pemkab Kulon Progo berkomitmen melanjutkan pengembangan kawasan hortikultura, meningkatkan produksi dan mutu produk hortikultura dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo dan mendukung pengembangan hortikultura nasional.

Guna meningkatkan produksi dan produktivitas cabai, pemkab memberikan saprodi benih, pupuk, pembangunan jalan produksi hortikultura di beberapa titik, pembangunan jaringan irigasi perpompaan dan jaringan irigasi air tanah dangkal, pembangunan bangsal pascapanen cabai dan kelengkapan pasar lelang cabai serta peralatan untuk pengolahan cabai.

Selain itu, membangun jalan produksi cabai supaya mempermudah petani mengangkut pupuk hingga hasil panen.
 

Pasar lelang

Sepanjang kawasan lahan pasir Pantai Selatan di Kulon Progo terdapat 21 pasar lelang cabai. Pasar ini merupakan inisiatif warga untuk mengatasi anjloknya harga cabai.

Salah satu alternatif harga komoditas tetap bagus yakni melalui pasar lelang. Dengan pasar lelang ini, penurunan harga bisa diminimalisasi, meski dalam mekanisme pasar, hukum pasar tetap berlaku.

Selain itu, penanaman di luar musim, zonasi penanaman, atau penjualan dalam bentuk kering atau tepung akan memberikan keuntungan lebih pada petani.

Kunci utama pasar lelang cabai yakni menjaga stabilitas harga adalah kekompakan di antara petani.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kulon Progo Trenggono mengatakan pasar lelang menentukan posisi tawar petani. Petani bisa menjadi penentu harga aneka cabai. Selain itu, pasar lelang juga memotong rantai suplai.
 

Penjaga inflasi

Produksi cabai di lahan pasir ini juga membantu program Pemerintah dalam menstabilkan harga cabai di pasaran, supaya harga cabai tidak fluktuasi dan bisa menekan inflasi.

Keberhasilan tanaman cabai di lahan pasir ini tidak hanya mampu mencukupi permintaan wilayah DIY, tapi juga seluruh pasar induk di Jakarta, Palembang, dan Jambi sehingga  gejolak harga cabai dapat ditekan.

Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji Bugel Sukarman mengatakan harga cabai rawit di tingkat petani paling rendah Rp50 ribu per kilogram dalam 3 minggu terakhir. Saat ini, petani lahan pantai memasuki masa panen sejak awal Oktober.

Panen pada Oktober ini hasil cabai yang ditanam pada Agustus 2023. Harga cabai sebelum Oktober yang ditanam pada Maret 2023 berkisar Rp12 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram.

Saat ini, permintaan cabai dari Jakarta sangat tinggi. Banyak tengkulak dari berbagai wilayah datang ke pasar lelang di kawasan pantai untuk membeli cabai hasil panen petani.

Harga cabai dimungkinkan terus tinggi karena dampak El Nino dan wilayah lain sedikit yang panen cabai.

Harga cabai diprediksi bertahan tinggi hingga awal 2024. Namun demikian, petani di wilayah itu menyerahkan pada mekanisme harga pasar.
 

Petani cabai jadi jutawan

Mata pencaharian sebagai petani masih dianggap sebelah mata, namun sekarang petani di kawasan Pantai Selatan menjadi jutawan.

Sejak menjadi kawasan hortikultura, lahan pasir menjadi pusat ekonomi di Kulon Progo dengan pendapatan tertinggi di Kulon Progo.

Pada masa pandemi COVID-19, dari tahun 2020 hingga 2022, masyarakat menjerit karena tidak ada pendapatan, namun petani cabai malah menjadi garda terdepan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo. Pendapatan mereka bahkan melebihi pegawai pemerintah dan swasta.

Ketua Kelompok Tani Sidodadi Paduhan Gupit Ngatimin menyatakan dulunya dirinya dihina dan tidak ada yang mau menjadikan dirinya sebagai menantu. Sekarang setelah menjadi orang sukses, banyak yang menawarkan anaknya menjadi menantu.

Selain itu, seluruh rumah di kawasan Trisik memiliki mobil dengan berbagai merek.

Rumah petani yang dulu seperti gubuk, sekarang menjadi kawasan perumahan elite. Kehidupan petani di kawasan Pantai Selatan berubah total dengan menjadi petani milenial. Mereka menanam tanaman cabai, melon, semangka dan berbagai sayuran secara modern.

Setiap usaha yang dilakukan dengan ulet dan penuh ketekunan selalu membuah hasil lebih dari yang diperkirakan. Petani milenial Kulon Progo sudah membuktikannya.

Mereka kini berkelimpahan, pendapatannya melampaui gaji pegawai.











 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023