Sagu Tumbuk Bintang Morella kini telah mentereng berjajar bersama camilan kekinian lainnya di berbagai rak supermarket di Kota Ambon.
Ambon (ANTARA) - Bertekstur seperti dodol namun tak kenyal, berwarna seperti cokelat namun tak begitu manis. Cocok dinikmati pada pagi atau sore hari sembari meminum secangkir kopi atau kala bersantai di para-para (balai bambu) di Desa Morella, Kabupaten Maluku tengah.

Itulah sagu tumbuk. Camilan berbahan dasar sagu bakar yang ditumbuk dan dimasak dengan gula merah atau gula pasir.

Bagi masyarakat Indonesia Timur, khususnya Maluku, sagu tumbuk menjadi salah satu camilan andalan pengganjal lapar yang murah meriah dan mudah dibuat.

Cara membuat sagu tumbuk yaitu dengan  memasak kenari yang disangrai sampai berwarna kecokelatan.

Sagu lempeng atau sagu bakar ditumbuk sampai halus lalu kenari sangrai dimasukkan, kemudian tambahkan gula pasir/gula merah, tumbuk sampai semua bahan halus dan berminyak.

Salah satu desa wisata di Maluku yang menawarkan legitnya sagu tumbuk dengan citarasa yang khas yaitu Desa Wisata Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku tengah.

Di desa wisata itu, sagu tumbuk seolah menjadi primadona camilan dan menduduki peringkat pertama setelah pisang goreng dan sukun goreng.

Bagaimana tidak, sagu tumbuk Morella selalu menjadi hidangan di meja pada pagi dan sore hari bagi masyarakat setempat.

Pasalnya, olahan sagu tersebut telah menjadi kudapan yang nyaris selalu dibuat di rumah-rumah warga.
 

Sagu tumbuk bintang Morella sebelum dimasukkan ke dalam kemasan dus. ANTARA/Dedy Azis
Salah seorang di antaranya ialah Iva Sialana, perempuan yang memanfaatkan originalitas sagu tumbuk khas Morella sebagai pundi-pundi rupiah dengan cara berbeda dari yang lain.

Jika biasanya sagu tumbuk Morella dijajakan dengan kertas minyak dan wadah muka saja, Iva, ibu rumah tangga itu, mengemas sagu tumbuk menjadi lebih menarik dan bernilai tinggi.

Kalau biasanya harga sagu tumbuk itu Rp5.000 sampai Rp10.000, maka dengan kemasan yang menarik, harganya bisa naik hingga Rp20.000 sampai Rp35.000 per bungkus

Iva pun menceritakan awal mula bisnis sagu tumbuk yang digeluti ini menjadi ladang rupiah baginya.

Bermula dari keresahan hati atas sulitnya memperkenalkan sagu tumbuk di pasar nasional. Iva lantas menghimpun kelompok ibu-ibu rumah tangga di Morella untuk membuat bisnis sagu tumbuk ini.

Awal mulanya pada 2021, Iva mencari cara bagaimana agar sagu tumbuk produksi Morella ini dapat dikemas dengan menarik hingga seorang teman mendaftarkan usahanya pada salah satu program Bank Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Maluku.

Melalui program tersebut, Iva diajarkan cara membuat kemasan hingga dibuatkan kemasan menarik bagi sagu tumbuk Morella yang diberi jenama atau merek "Sagu Tumbuk Bintang Morella".

Sagu tumbuk tersebut memiliki dua varian kemasan. Kemasan yang pertama berukuran kecil berisi lima sagu tumbuk seukuran dua jari orang dewasa yang dibanderol dengan harga Rp20.000 per pak.

Sementara kemasan besarnya berisi 10 biji sagu tumbuk dibanderol dengan harga Rp35.000.

"Dulu, setiap pembeli yang membawa oleh-oleh sagu tumbuk dari Maluku selalu menemukan masalah sagu tumbuk yang berminyak jika dibungkus dengan mika. Akhirnya banyak yang tak berminat. Nah, kemasan baru yang sekarang itu menjawab permasalahan tersebut," katanya.

Sagu tumbuk yang diproduksi oleh Iva Sialana dan kelompoknya kini telah dipasarkan di pusat oleh-oleh Bandara Pattimura, Ambon, dengan harapan bahwa pelancong yang mendatangi Kota Ambon dapat membeli oleh-oleh sagu tumbuk tersebut dengan mudah.

Tak hanya di Bandara Pattimura, Sagu Tumbuk Bintang Morella kini telah mentereng berjajar bersama camilan kekinian lainnya di berbagai rak supermarket di Kota Ambon.
 

Sagu Tumbuk Bintang Morella dijajakan dalam pameran UMKM di Maluku. ANTARA/DedyAzis
Apalagi saat ini Pemerintah Provinsi Maluku pun sedang menaruh perhatian pada UMKM di daerah itu. Pemprov Maluku tengah melakukan pendataan koperasi dan usaha mikro, kecil, menengah (KUMKM) di daerah itu.

"Karakteristik keberadaan koperasi dan UMKM  sangat dinamis berkembang sehingga kebijakan pemerintah dalam memberdayakan KUMKM membutuhkan, indikator data makro dan mikro, by name by address, untuk menunjang urgensi pembangunan basis data tunggal koperasi dan UMKM, guna penyediaan satu data KUMKM yang akurat dan menyeluruh," ujar Sekretaris Daerah Maluku Sadali Ie.

Sementara itu Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Maluku menyebutkan sebanyak 510 dari target 887 pelaku UMKM di Maluku telah mendapat bantuan permodalan wirausaha pemula.

"Jadi ini merupakan salah satu program Dinas KUMKM untuk mengembangkan UMKM di Maluku," ujar Kepala Dinas KUMKM Maluku M. Nasir Kilkoda.

Adapun besaran bantuan yang diperoleh oleh tiap-tiap pelaku usaha atau wirausaha pemula tersebut masing-masing sebesar Rp2.000.000.

Tidak seluruh pelaku usaha pemula di Maluku bisa mendapatkannya. Karena untuk tahun 2023 Dinas KUMKM setempat menyasar empat kabupaten/kota yaitu Ambon, Seram Bagian Barat, Kepulauan Aru, dan Maluku tengah.

Akan tetapi, target penyerahan bantuan tersebut sebanyak 887 pelaku usaha atau wirausaha pemula. Artinya masih ada kuota 377 bantuan yang harus disalurkan kepada para pelaku usaha pemula.

Saat ini pihaknya masih mendata di sejumlah kabupaten/kota yang jadi target.

Oleh sebab itu UMKM Sagu Tumbuk Bintang Morella pun berpotensi menjadi salah satu UMKM yang bisa mendapatkan bantuan tersebut.

Guna meningkatkan mutu produk dan wilayah pemasaran, Dinas KUMKM Maluku melakukan berbagai pelatihan hingga menyiapkan rumah kemasan.

Dengan capaian yang diraih saat ini dan tekad kuat meningkatkan mutu produk, pelaku UMKM sagu tumbuk Morella optimistis produknya bisa diterima pasar nasional.












 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023