Depok (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam menyarankan untuk meningkatkan minum 3 liter sehari pada cuaca panas ekstrem saat ini untuk mencegah heat stroke.

“Secara umum, jumlah konsumsi air memang disebutkan 8 sampai 10 gelas per hari, tetapi dengan kondisi dehidrasi yang saat ini banyak terjadi, kita harus bisa meningkatkan sampai 3 liter per hari," kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam di kampus UI, Senin.

Prof. Ari menjelaskan hal ini tentu juga bergantung pada aktivitas kita. Apabila aktivitas kita sering berada di luar ruangan dan terpapar panas, apalagi sampai berkeringat, jumlah cairan di dalam tubuh juga harus ditingkatkan.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa masalah utama yang akan terjadi pada orang yang terpapar suhu tinggi ini adalah dehidrasi.

Baca juga: Kiat hindari "heat stroke" akibat cuaca panas saat lari maraton

Baca juga: Dokter RSPI beri kiat hindari "heat stroke" memasuki musim kemarau


Pada keadaan dehidrasi seseorang akan mengalami kekurangan cairan, merasa haus, serta kulitnya menjadi kering dan sensitif sehingga dapat menimbulkan iritasi dan reaksi alergi.

"Kondisi panas ini tentunya patut diwaspadai masyarakat karena dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius," katanya.

Efek kesehatan akibat tekanan panas pada seseorang dapat berupa gangguan fungsi organ tertentu dan mengakibatkan berbagai jenis heat-related illness atau gangguan terkait panas. Jenis heat-related illness yang paling berbahaya adalah heat stroke atau sengatan panas.

“Tekanan panas yang tinggi ini bisa menyebabkan heat stroke, sebuah kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran,” ujar Prof. Ari.

Jadi, hal itu memang harus dihindari. Heat stroke, kata dia, akan berdampak kepada organ-organ tubuh secara keseluruhan. Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut

Menurut Prof. Ari, kelompok yang paling terdampak dan rentan mengalami heat stroke adalah orang-orang berusia lanjut.

Oleh karena itu, kelompok lanjut usia (lansia) harus dihindari terpapar langsung udara panas ekstrem yang disertai dengan kelembaban udara yang tinggi ini.

Lebih lanjut, heat stroke juga menyerang para pekerja yang harus berkegiatan di luar ruangan. Apabila harus terpapar dengan udara panas, Prof. Ari mengingatkan pentingnya menjaga konsumsi air putih yang cukup.

Masyarakat juga perlu berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan, salah satunya saat ingin berolahraga.

Prof. Ari menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang. Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Panas yang menyengat juga bisa menimbulkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.

Prof. Ari mengatakan kalau memang memungkinkan, berolahraga di dalam ruangan tentu menjadi hal yang terbaik saat ini. Akan tetapi, di satu sisi, kita tentu perlu juga udara segar, maka usahakan berolahraga pada pagi hari sekitar pukul 06 WIB sampai pukul 07 WIB.*

Baca juga: Kemenkes imbau peserta haji waspada heat stroke saat prosesi Armuzna

Baca juga: Reisa: Waspadai bahaya "heat stroke" selama beribadah haji

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023