Houston (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) tergelincir lebih dari 3 persen di tengah sikap hati-hati investor jelang pertemuan The Fed dan meredanya kekhawatiran dampak dari konflik Israel-Hamas.

Minyak mentah berjangka Brent turun 3,03 dolar AS atau 3,35 persen ke posisi 87,45 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 3,23 dolar AS atau 3,78 persen menjadi 82,31 dolar AS per barel.

"Faktor-faktor makroekonomi dapat dengan mudah muncul akhir pekan ini, saat kita akan melihat apakah The Fed akan menyampaikan sesuatu," kata Presiden Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch.

Harga minyak mentah melonjak 3 persen pada Jumat (27/10) setelah Israel meningkatkan serangan darat ke Gaza, memicu kekhawatiran konflik dapat meluas di wilayah yang menyumbang sepertiga produksi minyak global itu. Namun, kekhawatiran itu memudar pada Senin (30/10), menurut para analis.

"Ini adalah situasi di mana selama akhir pekan perang tampak semakin intensif, namun tampaknya tidak ada gangguan terhadap pasokan," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

Pasukan dan tank Israel menyerang kota utama di utara Gaza dari timur dan barat pada Senin (30/10), tiga hari setelah mereka memulai operasi darat di daerah kantong Palestina.

"Ada kecenderungan bagi para pelaku pasar untuk melakukan setidaknya beberapa sesi perdagangan minyak pada akhir pekan, dan ketika ketakutan akan penyebaran konflik tidak menunjukkan validasi, lindung nilai ketakutan itu biasanya tidak terjadi," kata John Evans dari pialang minyak PVM.

Investor juga fokus pada hasil pertemuan Federal Reserve pada Rabu (1/11) serta apa yang mungkin ditunjukkan oleh laporan perusahaan teknologi raksasa seperti Apple Inc terkait prospek perlambatan ekonomi.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, sementara bank sentral Inggris dan Jepang juga akan meninjau kebijakan mereka pada minggu ini.

Sementara itu, inflasi Jerman melambat pada Oktober, menunjukkan penurunan substansial dalam inflasi umum di zona euro.

China melaporkan PMI manufaktur dan jasa Oktober minggu ini, dengan investor menantikan tanda-tanda lebih lanjut bahwa perekonomian negara importir minyak mentah utama dunia tersebut mulai stabil.

Pada Senin (30/10), Bank Dunia memperkirakan harga minyak global akan mencapai rata-rata 90 dolar AS per barel pada kuartal keempat dan 81 dolar AS pada 2023 karena melambatnya pertumbuhan mengurangi permintaan, namun memperingatkan bahwa eskalasi konflik Timur Tengah dapat meningkatkan harga secara signifikan.

Baca juga: Wall Street naik tajam jelang pertemuan bank sentral AS
Baca juga: Emas naik tembus 2.000 dolar AS per ounce
Baca juga: Dolar AS melemah seiring pasar nantikan keputusan The Fed

 

Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023