“Sebagai negara majemuk Bolivia, kami mengumumkan bahwa kami memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel,” kata Menteri Kepresidenan, Maria Nela Prada saat konferensi pers.
Dia mengatakan negara Amerika Selatan itu menuding Israel telah melakukan kejahatan terhadap umat manusia.
Bolivia juga “menuntut” agar serangan di Jalur Gaza, “yang telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan warga Palestina mengungsi” dihentikan.
Keputusan itu dilakukan “sebagai bentuk penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional” serta “ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Freddy Mamani.
Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes atas serangan mereka di Jalur Gaza pada 2009.
Akan tetapi, di masa pemerintahan Presiden Jeanine Anez pada 2020 hubungan tersebut kembali terjalin.
Tentara Israel memperluas serangan udara dan darat mereka di Jalur Gaza, yang terus dibombardir oleh Israel setelah kelompok perlawanan Palestina Hamas meluncurkan serangan mendadak pada 7 Oktober.
Hingga kini lebih dari 10.000 orang, termasuk 8.525 warga Palestina dan 1.538 orang Israel, tewas dalam konflik Palestina-Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak banyaknya seruan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Menurutnya, gencatan senjata sama dengan “menyerah” kepada Hamas.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Chile kembali panggil dubesnya di Israel bicarakan serangan Gaza
Baca juga: Palestina desak DK PBB segera capai resolusi akhiri perang di Gaza
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023
