Jakarta (ANTARA) - Kalangan orang tua harus mengenali dengan baik tanda lapar dan kenyang anaknya serta cara merespons secara tepat, kata dokter subspesialis anak bidang nutrisi dan metabolisme Rumah Sakit Hermina Jatinegara, Jakarta, Damayanti.

“'Responsive feeding'-nya (pemberian makan yang responsif) itu nggak jelas, sehingga anaknya juga bingung mau makan,” ucapnya di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan orang tua harus mengerti mengenai "responsive feeding", yakni metode menyuapi anak dengan dengan mengenali tanda lapar dan kenyang si kecil, serta bagaimana cara tepat untuk merespons.

Masalah makan, katanya, bisa saja terjadi karena memang anak yang tidak mau makan, namun seringkali juga ditemukan bahwa anak mau makan tetapi orang tua yang salah persepsi atau tidak mengerti tanda-tanda anak sedang lapar.

Sebanyak 87 persen dari 1.100 anak yang berusia satu hingga tiga tahun atau masa toddler mengalami masalah makan karena orang tua tidak mengerti pola makan.

“Kebanyakan masalah makan itu sebenarnya dari hasil penelitian yang kami kerjakan dari 1.100 toddler ya, anak itu ternyata yang 87 persen masalahnya adalah dia (orang tua) tidak tahu pola makan yang benar,” katanya.

Masalah makan pada anak, kata dia, juga terjadi pada kasus memilih makanan tertentu atau dikenal dengan "selected eater".

“'Selected eater' ini masalahnya agak berat, pokoknya yang namanya sayur, dia (anak-anak) tidak mau semuanya, yang bentuk apapun nggak mau juga,” ucapnya.

Baca juga: Anak melepeh makanan bisa jadi karena masalah teksturnya 

Anak usia satu sampai dengan tiga tahun, menurut dia, sudah bisa diberikan makanan keluarga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, sehingga tidak perlu lagi membuatkan jenis makanan yang lunak seperti bubur bayi.

Orang tua, ujar dia, juga harus berpatokan pada gizi seimbang dalam memberikan makanan kepada anak, terdiri atas makanan pokok, laut berprotein hewani dan nabati, serta sayuran dan buah-buahan.

“Jadi semuanya harus ada ya, ada sumber karbohidrat dari makanan pokok, seperti nasi, kentang, dan lainnya, ada juga protein, ada dari buah dan sayur juga,” ujarnya.

Pada masa balita, katanya, orang tua perlu mewaspadai pilih-pilih makanan atau "picky eater" yang terjadi pada anak.

Dirinya mengatakan pada rentang usia di bawah lima tahun, anak-anak sudah sadar akan sifat kewaspadaan dalam dirinya, cenderung berhati-hati atau waspada terhadap hal baru, termasuk makanan.

Rata-rata kebutuhan kalori anak usia balita dengan berat badan 13 kg dan tinggi 92 centimeter sekitar 1.350 kalori per hari. 

Meski begitu, ia menjelaskan bahwa jumlah tepatnya bisa bervariasi tergantung tingkat pertumbuhan dan aktivitas masing-masing anak. 

“Semakin bertambah usia anak, semakin banyak pula porsi makannya. Misalnya, porsi makan anak usia 1 tahun, yaitu seperempat porsi dewasa, sedangkan ketika berusia 3 tahun bisa mencapai setengah,” kata Damayanti.

Ia mengatakan bahwa pola makan yang baik dan benar perlu diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar terhindar dari stunting atau gizi buruk.

Baca juga: Cara atasi anak susah makan dengan perbaiki jadwal makannya
Baca juga: Masalah makan pada anak bisa disebabkan dari pola makan sehari-hari
Baca juga: BKKBN: Penguatan sinergi dengan mitra dorong revolusi pola makan anak


Pewarta: Cahya Sari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023