menyangga kebutuhan pangan di provinsi-provinsi lainnya,"
Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan provinsinya sebagai lumbung pangan nasional karena menjadi produsen padi terbesar di Indonesia yang dipertahankan selama empat tahun bertutur-turut sejak 2020 hingga 2023.

"Berdasarkan angka sementara produksi padi dari Badan Pusat Statistik, Provinsi Jatim pada tahun 2023 kembali menjadi produsen padi terbesar nasional," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat melaksanakan panen raya padi di lahan pertanian Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Rabu.

Dalam panen raya tersebut, Gubernur Khofifah memanen padi jenis Inpari 50 di lahan sawah seluas 380 hektare dengan produksi rata-rata 11 ton Gabah Kering Panen (GKP).

Mengacu data Badan Pusat Statistik, luas panen padi di Jatim tahun 2023 mencapai sekitar 1,685 juta hektare. Badan Pusat Statistik mencatat Angka sementara produksi padi di tahun 2023 sebesar 9,591 juta ton GKG atau setara beras sebesar 5,538 juta ton.

"Angka produksi ini lebih tinggi 64,9 ribu ton GKG dibandingkan angka tetap produksi tahun 2022 yang sebesar 9,526 juta ton GKG. Menjadikan Jatim produsen padi tertinggi selama 4 tahun berturut-turut," ujar Khofifah.

Baca juga: Khofifah: Tiga tahun Provinsi Jatim tertinggi produksi padi dan beras
Baca juga: Gubernur Jatim dan Bupati Situbondo panen perdana padi BK 01 dan 02


Menurutnya, mulai September 2023 Jatim turut menyuplai kebutuhan beras ke wilayah Sulawesi Selatan, Riau, dan Babel, selain 16 provinsi lainnya di kawasan Indonesia Timur.

"Itu menunjukkan bahwa Provinsi Jatim merupakan lumbung pangan yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya, juga menyangga kebutuhan pangan di provinsi-provinsi lainnya," katanya.

Beras, lanjut Khofifah, memiliki nilai strategis karena merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Maka sektor pertanian yang di dalamnya terdapat industri beras memiliki pengaruh besar dalam bidang ekonomi.

Secara khusus, Gubernur Khofifah memuji kesadaran kolektif petani dalam mengelola lahan sawah pertanian padi dengan menggunakan pupuk organik yang dinilai sangat bermanfaat dalam memberikan multiplayer effect, salah satunya menekan biaya operasional.

"Ini sudah panen keempat. Kami sudah menekankan penggunaan pupuk organik ke banyak tempat yang biasanya produksinya naik turun. Hasil produksinya kini selalu naik dari yang sebelumnya 7 ton menjadi 11 sampai 12 ton," katanya.

Baca juga: Pemprov Jatim targetkan produksi padi tahun 2023 capai 10,5 juta ton
Baca juga: Khofifah komitmen tingkatkan panen beras di Jawa Timur


Khofifah juga mengapresiasi metode penjualan yang menggunakan sistem lelang. Ia menjelaskan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen adalah sebesar Rp5 ribu. Tetapi melalui sistem lelang yang sudah berjalan 4 tahun harga GKP bisa di atas Rp7 ribu per kilogram.

Harga GKP yang dipanen menggunakan combine harvester bisa mencapai Rp 7.200 per kilogram, sedangkan beras medium Rp12.500 per kilogram.

"Selama sebulan terakhir, harga beras medium di Jatim paling rendah di Pulau Jawa. Jadi walaupun melampaui HPP, sebenarnya beras medium kita relatif lebih terjangkau dari yang lain. Semoga panen raya padi di Tuban ini dapat memotivasi seluruh masyarakat dan jajaran pertanian untuk lebih terpacu dalam melakukan aktivitas meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani pertanian, khususnya padi," ucap Khofifah.

Baca juga: BSIP optimis target 35 juta ton produksi padi bisa tercapai
Baca juga: Dampingi Jokowi panen, Plt Mentan sebut produksi beras tercukupi
Baca juga: Jokowi: Produksi pangan masih baik meski terdampak El Nino

Pewarta: Abdul Hakim/Hanif Nasrullah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023