Washington DC (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengajak Amerika Serikat (AS) membangun sistem peringatan dini bencana alam besar di Samudera Hindia, karena selama ini AS lebih banyak memberikan perhatian hanya terhadap Samudera Pasifik dan Atlantik. "Kalau sistem peringatan dini di tiga samudera ini kita gabungkan, maka jika terjadi satu bencana alam besar di satu tempat akan segera diketahui di tempat lain," ungkap Menristek Kusmayanto Kadiman ketika mengadakan kunjungan kerja selama empat hari yang berakhir Jumat (Sabtu WIB) di Washington DC, AS. Sistem peringatan dini yang terintegrasi, kata Kusmayanto, diharapkan dapat menghindari jatuhnya korban yang begitu besar seperti yang diakibatkan tsunami akhir 2004 lalu. Sistem peringatan dini dihasilkan dari data dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai peralatan seperti Global Positioning System (GPS), tinggi permukaan laut, dan getaran bumi akibat letupan gunung berapi atau pergeseran lempengan bumi. Kusmayanto menambahkan AS sangat tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia mengingat lokasi Indonesia yang menjadi pusat gempa, sehingga menimbulkan tsunami. Selain itu, AS juga menaruh perhatian cukup besar terhadap Indonesia karena menganggap Indonesia sebagai pusat dari pemanasan bumi (global warming) akibat letaknya di garis katulistiwa. Hal ini memberikan pengaruh yang besar terhadap cuaca dunia. Setiap informasi cuaca seperti kecepatan angin, temperatur di bawah air, tinggi muka gelombang laut, dan tekanan udara menjadi penting bagi AS untuk melakukan prediksi cuaca. Ini bermanfaat bagi sektor pertanian untuk memprediksi panen tanaman, juga bagi dunia pelayaran, penerbangan hingga antariksa, katanya. Sejauh ini Indonesia telah memasang peralatan GPS di 12 titik di seluruh Indonesia yang dikenal dengan "ring of fire". Meskipun idealnya, menurut Kusmayanto, satu alat GPS dipasang di setiap 10 kilometer. Akan tetapi, hal ini untuk sementara waktu tidak memungkinkan mengingat biayanya yang sangat besar. Sejauh ini sudah ada beberapa negara yang meletakkan peralatan GPS mereka di Samudera Indonesia di antaranya Australia, Jerman, China, Malaysia dan Jepang. Persyaratan yang diminta pemerintah RI, kata Kusmayanto, hanyalah dengan menyebarkan semua data yang dihasilkan peralatan sistem peringatan dini tersebut ke seluruh dunia tanpa biaya. (*)

Copyright © ANTARA 2006