Jakarta (ANTARA) - Kelompok sandiwara Sunda legendaris Miss Tjitjih mengapresiasi proyek drama musikal "Beranak dalam Kubur" yang merupakan bentuk kolaborasi dengan pihak Indonesia Kaya dan BOOW Live.

Kolaborasi ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk dapat menjangkau penikmat seni dari berbagai daerah sekaligus menjadi wadah berkreasi serta menuangkan kreativitas lewat format yang baru.

"Kolaborasi ini menjadi sebuah pengalaman yang mengharukan karena pada usia kami yang hampir menginjak 1 abad, Miss Tjitjih masih terus berkarya dan hadir ke hadapan para penikmat seni. Kami berharap penikmat seni dapat lebih mendalami akar dari urban legend yang terus berkembang dari masa ke masa dengan format kekinian,” kata generasi kesembilan sekaligus perwakilan dari kelompok sandiwara Sunda Miss Tjitjih, Elly Herawati Sunteba, saat sesi jumpa media usai pemutaran perdana drama musikal "Beranak dalam Kubur" di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, Kamis (2/11) malam.

Baca juga: Miss Tjitjih 90 tahun bersandiwara tanpa naskah

Elly mengatakan bahwa hadirnya "Beranak dalam Kubur" dalam format drama musikal kali ini merupakan salah satu capaian positif kelompok sandiwara Miss Tjitjih setelah sebelumnya sempat menyelenggarakan pentas tapak tilas perayaan ulang tahun ke-89 sanggar tersebut di Taman Ismail Marzuki (TIM) beberapa waktu silam.

"Ini capaian positif kedua setelah tapak tilas di TIM karena ini baru kali pertama kolaborasi dalam bentuk drama musikal. Saya senang serta bangga. Miss Tjitjih pernah bikin drama musikal tapi tetap dalam cerita berbahasa Sunda, sekarang format musikal seperti film. Hari ini juga saya baru menonton langsung dan saat dengar musiknya saja sudah kaget," tutur Elly seraya tersenyum.

Elly menuturkan bahwa cerita asli "Beranak dalam Kubur" dibuat oleh sanggar sandiwara Miss Tjitjih pada era '60-an dan menjadi salah satu kisah paling ikonik dari kelompok seni yang berasal dari Sumedang Jawa Barat tersebut. Dia bahkan mengatakan bahwa sosok pendiri sanggar yaitu Miss Tjitjih sendiri belum pernah mementaskan cerita tersebut karena wafat.

"Ibu Tjitjih sendiri belum pernah mementaskan cerita ini karena beliau keburu meninggal sekitar umur 37 atau 39," terang dia.
Tim produksi dan para pemeran drama musikal "Beranak dalam Kubur" di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, Kamis (2/11). (ANTARA/Ahmad Faishal)


Pada proyek serial musikal ini, para anggota dari kelompok sandiwara Sunda Miss Tjitjih juga ikut mengambil bagian seni peran. Selain itu, Elly juga terlibat dalam proses kreatif untuk memberikan arahan kepada setiap pemain sekaligus masukan dalam setiap adegan. Dia juga menjabarkan bahwa dalam naskah asli, "Beranak dalam Kubur" terbagi atas 12 babak yang membutuhkan durasi pentas sekitar satu hingga dua jam.

"Sebetulnya cerita ini panjang, namun karena ini drama musikal jadi diambil inti yang menonjol dan penting. Kalau pentas teater, durasinya bisa 2 jam karena banyak improvisasi dialog. Memang tidak semua tokoh di cerita asli muncul pada drama musikal ini. Kami menyepakati untuk menampilkan tokoh intinya saja," papar Elly.

Kelompok sandiwara Sunda Miss Tjitjih yang sudah ada sejak tahun 1928 kerap menghadirkan tema cerita beragam seperti cerita rakyat, perjuangan, roman, komedi, sampai, horor. Sepanjang 95 tahun perjalanan di dunia seni pertunjukan, Miss Tjitjih menelurkan banyak kisah sandiwara yang kemudian diadaptasi ke layar lebar, salah satunya adalah “Beranak dalam Kubur” yang turut mendongkrak popularitas aktor seni peran Suzanna pada awal era ’70-an.

Drama musikal "Beranak dalam Kubur" terbagi dalam 3 episode dan dapat disaksikan mulai 6-8 November 2023 pukul 19.00 WIB di kanal YouTube IndonesiaKaya. Proyek ini menampilkan beberapa aktor di antaranya Bayu Reswandha sebagai Jayeng Pati, Raka Rahayudin sebagai Jayeng Rasa, Ulan Laumi sebagai Ratnasi, Sri Ayu Winati sebagai Wulandari, dan Rahma sebagai Sekarwati. Episode drama ini ditulis kembali oleh Titien Wattimena dan Deliesza Tamara karya sutradara sekaligus produser Bayu Pontiagust.

Baca juga: Sutradara "Beranak dalam Kubur" ungkap tantangan 3 hari syuting

Baca juga: "Beranak dalam Kubur" siap tebar kengerian dalam format seri musikal

Baca juga: Revitalisasi Gedung Miss Tjitjih diharapkan pacu kebangkitan budaya

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023