Kami menerima antara 12.000 hingga 13.000 permintaan, termasuk untuk kasus kriminal..."
Washington (ANTARA News/AFP) - Raksasa penyedia layanan Internet Yahoo! menyatakan, menerima lebih dari 13.000 permintaan dari badan penegakan hukum Amerika Serikat (AS) untuk informasi dalam enam bulan hingga 31 Mei 2013.

Surat kepada pelanggan berjudul "Komitmen Kami untuk Privasi Pengguna" itu disiarkan di halaman Tumbler perusahaan tersebut pada Senin dan ditandatangani CEO Yahoo! Marissa Mayer dan kuasa hukum perusahaan itu, Ron Bell.

Yahoo!, bersama dengan Facebook, Microsoft dan Apple, berada di bawah pengawasan diperketat setelah muncul bocoran mengenai program penyusupan oleh pemerintah AS, yang diakui hanya menyasar tersangka teroris asing dan berhasil menggagalkan beberapa upaya penyerangan.

Dalam kurun waktu 1 Desember 2012 hingga 31 Mei 2013, Yahoo! mengumumkan, "Kami menerima antara 12.000 hingga 13.000 permintaan, termasuk untuk kasus kriminal, Akta Pemantauan Intelijen Asing (FISA) dan permintaan lain."

Menurut surat tersebut, permintaan paling banyak terkait dengan kasus penipuan, pembunuhan, penculikan, dan penyelidikan kriminal lain.

"Seperti semua perusahaan lain, Yahoo! tidak dapat melanggar hukum dengan membuka permintaan untuk FISA saat ini karena nomor-nomor itu bersifat rahasia; namun kami mendesak pemerintah federal untuk mempertimbangkan kembali sikapnya atas isu ini."

Perusahaan-perusahaan besar penyedia layanan internet menghadapi reaksi publik sejak seorang kontraktor Edward Snowden membocorkan PRISM, sebuah program yang meminta sembilan perusahaan teknologi tinggi menyerahkan data pengguna kepada Badan Keamanan Nasional AS (NSA).

Perusahaan tersebut bagaimana pun membantah klaim bahwa NSA bisa mengakses secara langsung server mereka. Pihak berwenang AS mengatakan program tersebut adalah legal dan terbatas.

Yahoo! mengatakan dalam beberapa bulan ke depan akan mengeluarkan "laporan transparansi penegakan hukum global yang pertama yang akan meliputi laporan dalam semester pertama. Kami akan memperbaharui laporan ini dengan statistik terbaru dua kali dalam setahun."

Bocoran Snowden memicu debat terkait masalah privasi dan keamanan, setelah satu dekade lebih serangan teroris pada 11 September 2001 di AS.
(Uu.S022/B002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013