Sapi, babi, domba, kerbau, rusa, dan kambing, yang terinfeksi PMK awalnya mungkin menunjukkan demam, mengeluarkan air liur yang banyak dan enggan bergerak
Gorontalo (ANTARA) - Laboratorium Veteriner Provinsi Gorontalo menggelar surveilans Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk pengendalian penyakit hewan menular strategis.

Kepala UPTD Laboratoroum Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Agustina Kilapong di Gorontalo, Senin, mengatakan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan angka kematian dan angka kesakitan yang tinggi pada hewan, dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, serta bersifat zoonotik.

Foot and Mouth Disease (FMD) atau disebut Penyakit Mulut dan Kuku, kata dia, termasuk PHMS yaitu penyakit hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan kematian hewan yang tinggi.

"Meskipun tidak bersifat zoonosis (tidak menular ke manusia), PMK sangat mudah menular dan banyak menimpa hewan berkuku genap, terutama sapi, kerbau, babi, domba, dan kambing," katanya.

PMK sangat ditakuti semua negara karena berpeluang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, terutama dampaknya pada produksi sapi potong, fertilitas sapi  penurunan tingkat kebuntingan dan peningkatan kematian anak sapi, serta pemusnahan ternak yang terinfeksi.

Baca juga: Karantina Pertanian Gorontalo periksa 30 ton kulit sapi 

Agustina menjelaskan PMK disebabkan oleh virus bernama Aphthovirus yang sangat menular yang menyebar melalui cairan dari lepuh dan air liur hewan yang terinfeksi. 

PMK bisa menyebar dengan cepat dari satu hewan ke hewan lain, terutama di iklim yang sejuk dan lembab, serta ketika hewan dikandangkan atau ditempatkan berdekatan.

"Sapi, babi, domba, kerbau, rusa, dan kambing, yang terinfeksi PMK awalnya mungkin menunjukkan demam, mengeluarkan air liur yang banyak dan enggan bergerak. Penyakit virus ini juga menyebabkan lepuh berisi cairan yang terbentuk di bibir, lidah, langit-langit mulut, kaki dan puting hewan yang terinfeksi. Lepuh ini kemudian pecah dan meninggalkan borok," katanya.

Menurutnya, wabah PMK biasanya dikendalikan melalui karantina dan pembatasan pergerakan, pengawasan lalu lintas ternak, pemusnahan hewan ternak yang terkena dan kontak, dan pembersihan serta desinfeksi tempat, peralatan, dan kendaraan yang terkena dampak.

Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi penyebaran PMK atau melindungi hewan yang sehat.

Baca juga: Saran cegah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak

Sementara itu Provinsi Gorontalo adalah salah satu daerah di Indonesia yang belum ada laporan kematian hewan akibat PMK, tetapi pencegahan penyakit ini sudah dilakukan yaitu dengan cara vaksinasi PMK pada sapi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 51O/KPIS/PK.3OO/Ml6l2022 tentang Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Penyakit Mulut dan Kuku.

"Vaksin PMK diberikan dengan dua dosis primer. Dosis pertama dan kedua berjarak 3 hingga 4 pekan,' katanya.

Dengan vaksinasi ini diharapkan dapat meningkatkan antibodi sehingga sapi tidak mudah sakit. Pengukuran titer antibodi pasca-vaksin dapat dilakukan dengan cara pengujian elissa melalui sampel serum darah.

Untuk itu UPTD laboratorium Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo melaksanakan kegiatan surveilans yang bertujuan untuk melakukan pengambilan serum darah dan pendataan sapi post vaksinasi PMK di wilayah Provinsi Gorontalo.

Gorontalo telah dilaksanakan vaksinasi pada bulan September dan Oktober 2023 dengan target sapi yang diambil darahnya adalah 1.000 ekor yaitu 300 ekor di Kabupaten Gorontalo, 200 ekor di Kabupaten Bone Bolango, 200 ekor di Kabupaten Boalemo, 150 ekor di Kabupaten Gorontalo Utara, dan 150 ekor di Kabupaten Pohuwato.


Baca juga: Dokter hewan sebut PMK ternak tidak menular ke manusia

 
 

Pewarta: Susanti Sako
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023