Jakarta, 20/6 (ANTARA) - Asia Conference on Oceans, Food Security and Blue Growth (ACOFB) di Bali secara resmi telah ditutup. Konferensi yang mengusung tema Blue Growth for Prosperity telah mengidentifikasi aksi nyata terkait kebijakan dan investasi untuk mempromosikan ketahanan pangan dan peningkatan peran laut secara berkelanjutan di wilayah Asia.  Konferensi ini sekaligus menjamin ketahanan dan kesehatan perairan laut, di wilayah Asia. Peserta Konferensi juga sepakat menempatkan Potensi laut dan pesisir untuk berkontribusi terhadap manfaat sosial dan ekonomi secara berkelanjutan dapat diwujudkan melalui pendekatan ekonomi biru, sebagai sebuah strategi. Demikian disampaikan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut P Hutagalung, saat penutupan konferensi ACOFB. Kamis (20/06).

     Saut menegaskan, saat ini negara-negara di Asia menghadapi berbagai tantangan wilayah lautnya.  Di antaranya, tentang kesehatan perairan laut, ketahanan pangan dan nutrisi, kemiskinan, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan komitmen bersama secara tegas untuk mengatasi tantangan tersebut melalui aksi konkrit. Konferensi ACOFB, telah menghasilkan 8 rencana aksi. Di antaranya, pendekatan terintegrasi melalui kemitraan antara ilmuwan, pembuat kebijakan dan kalangan pebisnis untuk menjamin keberlanjutan produksi pangan, pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Kedua, pemerintahan mendukung keberlanjutan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya laut melalui sistem pengelolaan berbasis data dan kebijakan. “Peserta konferensi juga sepakat untuk secara khusus perhatian kepada usaha perikanan skala kecil dan inisiatif masyarakat local serta mendukung penguatan ketahanan laut terhadap dampak perubahan iklim dan perubahan laut dan pesisir di wilayah Asia,“ jelasnya.

     Saut menjelaskan, rencana aksi lain adalah masalah Mitigasi dan restorasi habitat perikanan dan ekosistem pendukung akibat dampak penangkapan ikan dan penurunan lingkungan laut. Selanjutnya, disepakati pembaharuan sebagai upaya untuk mengelola dampak perikanan budidaya laut dan memastikan keberlanjutan, memberikan peningkatan peran untuk pengembangan ekonomi biru. Rencana aksi lainnya adalah mengurangi inefisiensi dalam usaha perikanan dan membangun Natural Capital Accounting serta kebutuhan data dan informasi yang valid tentang peluang investasi yang didukung oleh kebijakan yang berpihak pada investasi, logistik dan infrastruktur yang memadai, serta jaminan keamanan dan kepastian berinvestasi di sektor kelautan dan perikanan. “ACOFB juga merekomendasikan rencana aksi berkaitan dengan kebutuhan menghitung potensi energi laut terbarukan di perairan tropis hingga Samudera Hindia dan Pasifik bagian barat, melalui penelitian bersama, penguatan komunitas ilmuwan, meningkatkan pengetahuan tentang dampak perubahan iklim bagi pengambil kebijakan, serta perlunya pembentukan komisi internasional osenografi,” jelasnya.

     Strategi Hasil ACOFB

     Menurut Saut, ACOFB 2013 di Bali juga merekomendasikan 7 strategi yang telah disepakati. Di antaranya, pertama tindakan terkoordinasi untuk meningkatkan investasi dan kerja sama berdasarkan pendekatan berbasis bukti. Strategi ini dapat membuka potensi lautan dalam mengatasi tantangan kesehatan perairan laut, ketahanan pangan, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang sama, startegi ini dapat membangun ketahanan terhadap perubahan iklim dan pengasaman laut. Kedua, peningkatan kerjasama regional di Asia, sangat penting untuk peningkatan kapasitas dan transfer pengetahuan untuk inovasi lebih efektif dalam kebijakan dan tindakan. Ketiga, kemitraan di seluruh disiplin ilmu dan sector. Ke empat, penguatan dan implementasi kebijakan lintas sektoral yang terintegrasi. “Strategi lainnya adalah identifikasi sumber pendanaan untuk membiayai inisiatif, potensi laut dan pesisir untuk berkontribusi terhadap manfaat sosial dan ekonomi secara berkelanjutan dapat diwujudkan melalui pendekatan ekonomi biru serta memperkuat kerja sama melalui inisiatif yang ada,“ jelasnya.

     Saut menambahkan, Asia Conference on Oceans, Food Security and Blue Growth (ACOFB) telah  diselenggarakan di Bali pada tanggal 18-21 Juni 2013, dibuka secara resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, dan dihadiri para Duta Besar dan perwakilan negara sahabat di wilayah Asia, praktisi, peneliti, akademisi, LSM, pengusaha dan masyarakat umum, serta organisasi internasional dan regional di wilayah Asia. Peserta yang hadir berjumlah 214 orang, dari 42 negara. “Konferensi diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI bersama dengan Kementerian Urusan Ekonomi Belanda dan World Bank. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (UN FAO) turut membantu penyelenggaraan ACOFB,” tambahnya.

     Selama 3 hari, narasumber telah menyumbangkan pemikiran dan berbagi pengalaman dalam pengarusutamaan peran laut untuk mendukung ketahanan pangan dan ekonomi biru di wilayah Asia. Konferensi ini dibagi dalam 6 sesi dengan topik utama yaitu, Ocean Policy Directive Linkage with Investment Guidance Toward Food Security 2020, Research Priorities to Secure Food From the Ocean, Provoking Issues on Oceans, Food Security and Blue Growth, Identification of Key Issues by Sharing Experiences and Knowledge in Formulating Asia Roadmap Initiatives, New Ideas and Approaches to Public Private Partnership dan terakhir masalah Oceans, Food Security and Blue Growth : Alignment and Asian Roadmap for Recommendation.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013