Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 70 daerah penghasil pertanian dan sumber daya kelautan menjadi sasaran prioritas program literasi iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2024.

"Ya, literasi iklim kepada masyarakat tahun depan ditingkatkan lagi sebanyak 70 titik yang jadi prioritas BMKG," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan hal itu setelah mengikuti rapat dengar pendapat bersama para anggota Komisi V DPR RI membahas isu strategis terkait dengan perubahan iklim global dan antisipasi cuaca ekstrem.

Dia menyebutkan puluhan daerah yang menjadi target sasaran program itu tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Namun, detail lokasi pelaksanaan program belum ditentukan tim BMKG karena masih menyesuaikan perkembangan analisa cuaca dan iklim di lapangan yang dinamis.

BMKG melaporkan saat ini pancaroba dari musim kemarau ke hujan.

Hal ini dibuktikan sejak November, beberapa daerah di Indonesia yang sebelumnya mengalami kekeringan sudah berangsur memasuki awal musim hujan periode 2023-2024.

Cuaca ekstrem bisa saja menimbulkan bencana, sebagaimana menjadi ciri khas pancaroba yang diprakirakan berlangsung mulai November hingga triwulan pertama 2024.

Baca juga: BMKG tingkatkan literasi petani terhadap iklim, cegah krisis pangan

Oleh sebab itu, Dwikorita menilai literasi iklim kepada masyarakat penting tak hanya menjadi bagian optimalisasi mitigasi kebencanaan nasional yang menjadi bidang tugas BMKG.

Namun, ia menyebutkan, literasi iklim juga bentuk upaya untuk menciptakan pencegahan dini terjadinya kegagalan panen dan mengoptimalkan tangkapan nelayan.

Salah satu metode literasi BMKG di daerah pertanian, katanya, penyertaan teknologi dalam penggunaan "pranata mangsa" atau kalender petani yang berisi informasi pelaksanaan tanam dan panen.

Kalender itu di antaranya berisi penyesuaian waktu tanam, pemilihan jenis tanaman yang tepat dan waktu tanam, kapan harus menunda tanam, waktu memanen, pengelolaan air.

Begitu pula kepada para nelayan, katanya, diajarkan metode pemanfaatan teknologi dan membaca informasi BMKG secara baik dan benar yang di dalamnya menentukan kapan waktu baik berlayar atau menunda pelayaran .

"Pengajaran ini sebagaimana yang sebelumnya sudah diberikan kepada ratusan ribu masyarakat umum, petani, dan nelayan Indonesia," kata dia.

Dia mengatakan pelaksanaan program literasi iklim salah satu rekomendasi disampaikan kepada Presiden Joko Widodo, untuk selanjutnya dijadikan program jangka panjang dalam peraturan presiden yang menjadi acuan pelaksanaan teknis mitigasi kebencanaan di lapangan.

Baca juga: BMKG perkuat literasi iklim-cuaca pada petani hadapi perubahan iklim
Baca juga: BNPB: Perubahan iklim picu bencana hidrometeorologi
Baca juga: Sekolah lapang iklim BMKG jadi contoh literasi iklim Asia-Pasifik

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023