Program ini juga menghasilkan perbaikan kualitas lingkungan, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance
Jakarta (ANTARA) - Pertamina EP Sukowati Field melakukan program pemberdayaan petani di Desa Rahayu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, untuk mencapai swasembada pupuk organik melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok.

Program inovasi sosial bernama Prabu Kresna tersebut juga mengembangkan akses irigasi berbasis BUMDes untuk menjawab pertanian sistem tadah hujan yang tidak bertahan di saat musim kemarau tiba.

General Manager (GM) Zona 11 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, Muzwir Wiratama dalam keterangan di Jakarta, Rabu, mengatakan PEP Sukowati Field melakukan inovasi sosial Prabu Kresna untuk menjaga keberlanjutan dan mendukung pemerintah menciptakan ketangguhan sektor pertanian di Indonesia.

“Program ini juga menghasilkan perbaikan kualitas lingkungan, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG),” ujar Muzwir Wiratama.

Program Prabu Kresna menggunakan sistem pola transaksi barter bahan limbah organik (kotoran ternak, hijauan, hama keong dan lainnya) dengan produk pupuk kompos siap pakai.

Sistem pengelolaan Rumpos ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan produk bahan pertanian. Sistem ini juga mencakup pengorganisasian kelompok petani melalui pembelajaran sekolah lapang yang berhasil menggeser paradigma pertanian konvensional ke arah pertanian organik khususnya metode SRI yang mengembangkan pemanfaatan potensi sumber daya lokal dan pemanfaatan limbah organik sebagai bahan utama perbaikan dan peningkatan kesuburan tanah.

Penerapan program ini sebagai bentuk upaya perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian. Rantai ekosistem yang telah terputus akibat optimalisasi pemakaian pupuk dan pestisida kimia, kini mulai kembali. Perbaikan rantai ekosistem ditandai dengan munculnya musuh-musuh alami pada lahan pertanian. Munculnya musuh-musuh alami pada lahan pertanian adalah sebagai bentuk pengendalian hama secara biologi, yang dengan kata lain inovasi ini turut mengembalikan keanekaragaman hayati.

Selain pemanfaatan limbah organik, program ini juga mengembangkan pemanfaatan sulfur yang diolah menjadi bahan bangun material pembuatan rumah kompos. Pemanfaatan sulfur ini menjadi salah satu upaya pengurangan timbunan sulfur sebagai solusi pencegahan permasalahan lingkungan bagi masyarakat.

Field Manager PEP Sukowati Field Totok Parafianto mengatakan program Prabu Kresna berhasil menjawab permasalahan krisis pupuk sebagai isu nasional saat ini, melalui sistem swasembada pupuk yang berbasis pada pengelolaan sistem Rumah Kompos dengan pola transaksi natura.

Penerapan program ini berhasil melakukan perbaikan lingkungan khususnya pada aspek perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian, serta berdampak pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan.

“Program ini mewujudkan langkah pasti sistem kehidupan berkelanjutan dan budaya berkelanjutan dimana masyarakat mulai kembali hidup dengan berbasis pada potensi lokal yang ada sekaligus menerapkan prinsip zero waste melalui pemanfaatan limbah-limbah yang ada serta penerapan efisiensi sumber daya sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.

Dampak dari program ini adalah peningkatan pendapatan petani gurem rata-rata Rp5,3 juta, petani lahan Rp22 juta dan buruh tani Rp8,8 juta per musim tanam. Selain itu, dampak lingkungan terdapat pemanfaatan limbah kotoran ternak rata-rata 5 ribu kg/bulan sebagai bahan utama pembuatan kompos dan pengurangan 400 kg pupuk kimia/ha/musim tanam yang meminimalisasi potensi terjadinya residu pada lahan pertanian seluas 1 ha.

Sutikno, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rahayu, mengakui adanya perbedaan yang signifikan antara hasil panen pertanian organik dibanding metode konvensional.

“Dulu sebelum melaksanakan pertanian organik, kami hanya bisa paling banyak panen 2 ton/hektar. Saat ini di musim pertama pertanian organik kami mampu panen rata-rata 7 ton/hektar,” ungkap Sutikno.

Untuk diketahui, Pertamina EP Sukowati Field adalah bagian dari Subholding Upstream Pertamina yang mengelola Lapangan migas Sukowati di Blok Tuban, Jawa Timur.

Baca juga: Hadapi kondisi "triple shocks", Pertamina EP beralih ke listrik PLN
Baca juga: Pertamina EP Rantau Field ciptakan ekosistem usaha ramah difabel

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023