Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pemerintah berupaya mewujudkan energi bersih, berkelanjutan dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

"Situasi saat ini mendasari perlunya transformasi dan diversifikasi sistem energi secara cepat," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam pesan yang dibacakan staf khususnya, Irwandy, dalam acara "Indonesia-Australia Business Conference (IABC) 2023: Sustaining Business" di Jakarta, Rabu.

Arifin mengatakan perubahan iklim menjadi tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini, termasuk Indonesia yang juga sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Upaya transformasi, kata dia, perlu dilakukan untuk dapat beralih ke sistem energi yang ramah lingkungan.

Untuk mencapai hal itu, Indonesia mengupayakan program transisi energi yang diharapkan dapat mewujudkan energi yang bersih, berkelanjutan dan terjangkau, kata Arifin.

Menurut dia, Indonesia mendorong transisi energi untuk mencapai emisi nol persen pada 2060 melalui pengembangan energi baru terbarukan secara masif.

Sumber-sumber energi tersebut dapat diperoleh dari tenaga surya, angin, air, bioenergi, energi panas bumi, serta energi nuklir.

Pemerintah juga mempromosikan penggunaan kendaraan listrik, bahan bakar hayati, peralatan rumah tangga bertenaga listrik, penerapan manajemen energi dan penerapan standar kinerja energi secara minimum.

Selain itu, pemerintah juga berupaya mengurangi operasi pembangkit listrik tenaga batu bara dan berencana untuk menghentikannya setelah 2030.

"Pembangkit tambahan setelah 2030 hanya berasal dari energi terbarukan," kata Arifin.

Indonesia juga berencana mengembangkan jaringan listrik super untuk memperkuat konektivitas dan mengurangi intermiten di lima pulau utama di Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara-Bali.

"Interkonektivitas ini akan mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber energi terbarukan dan menciptakan sistem energi yang berkelanjutan di seluruh Indonesia," kata dia.

Arifin juga menekankan perlunya memprioritaskan program karbonisasi melalui beberapa strategi, seperti mengembangkan proyek energi terbarukan dengan mekanisme pengadaan baru dan penetapan tarif yang lebih menarik.

Strategi lainnya adalah menyiapkan peta jalan untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara lebih dini dan memperkenalkan pembatasan karbon.

Selain itu, diperlukan pula upaya untuk menerapkan konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke gas dan energi terbarukan.

Baca juga: APHI sebut realisasi perdagangan karbon hadapi tantangan
Baca juga: ICAEW apresiasi komitmen Indonesia pada Bursa Karbon

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023