Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan bahwa pemakaian pestisida sintetis dapat memicu berbagai dampak buruk mulai dari tumpukan residu di dalam tubuh hingga resistensi organisme pengganggu tanaman.
 
"Pestisida sintetis banyak menimbulkan permasalahan berkelanjutan baik kepada petani itu sendiri maupun kepada lingkungan," kata Periset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Wiratno di Jakarta, Rabu.
 
Wiratno menuturkan petani yang menyemprot tanaman lada dengan pestisida sintetis dengan pakaian seadanya, tanpa masker, dan tanpa kacamata sangat mudah terpapar residu pestisida.

Baca juga: BRIN ingatkan petani tentang dampak buruk pestisida bagi bawang merah
 
Penelitian yang dia lakukan menunjukkan bahwa petani yang mengendalikan organisme pengganggu tanaman pada 200 tanaman lada itu residu pestisida pada darah meningkat tiga kali lipat. Sedangkan residu pestisida pada urine sampai 200 kali lipat.
 
"Ini bisa dibayangkan betapa bahayanya dalam jangka panjang," kata Wiratno.
 
Kasus pemakaian pestisida sintetis pernah menimbulkan masalah serius bagi ketahanan pangan di Indonesia. Hama wereng batang cokelat menjadi resisten akibat insektisida kimia.
 
Pada tahun 1978, wereng batang cokelat menyerang lahan persawahan seluas 750 ribu hektare yang menyebabkan petani kehilangan hasil panen sekitar 4,5 juta ton atau setara Rp20 triliun. Pemerintah melakukan pelarangan terhadap 57 nama dagang insektisida.

Baca juga: BRIN temukan sumber pestisida nabati dari tumbuhan jambu
 
"Hasil penelitian diketahui bahwa 57 nama dagang itu menyebabkan resistensi wereng cokelat, sehingga dilarang untuk diedarkan," kata Wiratno.
 
Lebih lanjut dia mengungkapkan petani masih kurang meminati pemanfaatan musuh alami dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
 
"Pengendalian hayati kurang diminati karena efek knock down relatif tidak ada, mortalitas serangga sangat lambat, tingkat kerusakan tanaman relatif tinggi, dan sangat terpengaruh lingkungan," katanya.
 
Kepala Pusat Hortikultura dan Perkebunan BRIN Dwinita Wikan Utami mengatakan konsumen semakin peduli terhadap dampak residu pestisida karena dapat mencemari tanah, air, udara, dan produk pertanian lain.

Baca juga: BRIN: Masyarakat kian tertarik produk pertanian organik
 
"Sebenarnya, pasar sekarang sudah mulai menerapkan ramah lingkungan. Jadi, yang dicari produk-produk yang memang residunya minimal," kata Dwinita.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023