sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa pendidikan
Palangka Raya (ANTARA) -
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Provinsi Kalimantan Tengah menyampaikan, empat sektor basis di Kalteng masuk dalam kriteria sektor prospektif.
 
"Dalam rangka pengembangan ekonomi regional Kalimantan Tengah, hasil analisis data PDRB periode 2018-2022 menunjukkan terdapat empat sektor basis yang masuk dalam kriteria sektor prospektif, yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa pendidikan," kata Kepala Bappedalitbang Kalteng, Leonard S Ampung dalam keterangan yang diterima di Palangka Raya, Kamis.
 
Hal itu dia sampaikan di sela Rapat Konsultasi Regional Produk Domestik Regional Bruto (Konreg PDRB) Kalimantan Tengah 2023. Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui kontribusi perekonomian dan identifikasi potensi sektor unggulan kabupaten dan kota sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
 
Lebih lanjut dia memaparkan, sektor pertambangan dan penggalian ditentukan sebagai sektor unggulan, sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ditentukan sebagai sektor potensial.
 
Hasil tersebut selaras dengan analisis PDRB di tingkat kabupaten dan kota maupun hasil analisis input-output yang didasarkan pada tabel Inter Regional Input-Output (IRIO) Kalimantan Tengah.
 
Sementara itu mengacu Kajian Fiskal Regional Kalimantan Tengah Triwulan II pada 2023 yang dikeluarkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kalimantan Tengah, perekonomian Kalimantan Tengah pada triwulan II 2023 tumbuh melambat sebesar 2,96 persen (yoy), dibandingkan triwulan I 2023 yang tumbuh 3,22 persen (yoy) dengan laju pertumbuhan secara triwulan 2,76 persen (q to q). Kondisi ini jauh lebih melambat jika dibandingkan capaian tTriwulan II tahun 2022 sebesar 6,77 persen (yoy).
 
"Perlambatan tersebut utamanya disebabkan kondisi high base effect yang merupakan pengaruh negatif dari berakhirnya periode windfall komoditas unggulan Kalimantan Tengah pada periode awal 2022, dan kontraksi lanjutan sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai -17,89 persen (yoy), yang memberikan tekanan terhadap kinerja ekspor sebagai komponen utama struktur ekonomi Kalimantan Tengah," terang Leonard.
 
Dia juga mengatakan pada 2022, gap positif laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi antara Kalimantan Tengah dengan Pulau Kalimantan atau nasional, mengindikasikan Kalimantan Tengah menerima keuntungan yang lebih tinggi atas peningkatan harga global komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
 
"Sebagai dampak lanjutan, dalam pembentukan angka pertumbuhan ekonomi 2023, Kalimantan Tengah mengalami high base effect yang lebih tinggi dari wilayah lainnya. Terlebih lagi, nilai pertumbuhan sektor aktivitas ekonomi lainnya tumbuh lebih lambat dari regional Pulau Kalimantan dan Nasional," paparnya.
 
Leonard pun menekankan tentang transformasi struktur ekonomi penting untuk segera dipikirkan, dengan pertimbangan apabila suatu negara atau daerah lebih menekankan pada eksploitasi sektor primer seperti sumber daya alam dan pertanian (perkebunan), misalnya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan income per kapita tinggi, tetapi secara sadar atau tidak sadar merusak lingkungan, maka akan diikuti dengan permasalahan lingkungan dalam jangka panjang yang berdampak terhadap ekologi, kerusakan lingkungan dan permasalahan sosial di kemudian hari.
 
"Paradigma green growth economy memastikan semua hal bertumbuh dan berkembang secara simultan dalam segala aspek, seperti pertumbuhan ekonomi yang inklusif, inklusivitas sosial, pengentasan kemiskinan dan environmental sustainability sebagai perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan," tutupnya.

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023