Beijing (ANTARA) - Para peneliti China membangun prototipe Jaringan Pengamatan Karbon Terkoordinasi UAV Berbiaya Rendah (Low-cost UAV Coordinated Carbon Observation Network/LUCCN) berdasarkan sensor gas rumah kaca untuk melakukan studi kualitatif dan kuantitatif mengenai emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik, demikian satu laporan di surat kabar Science and Technology Daily pada Kamis (9/11).

Kondisi anggaran karbon global saat ini masih relatif tidak pasti karena kurangnya informasi tentang emisi karbon di daerah perkotaan dan industri utama, kata Yang Dongxu, seorang associate researcher dari Institut Fisika Atmosfer (Institute of Atmospheric Physics/IAP) di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).

Penting untuk melakukan pendeteksian intensif dan berkualitas tinggi secara berkesinambungan untuk perubahan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, Yang menuturkan.

Para peneliti dari IAP dan Institut Penelitian Informasi Kedirgantaraan (Aerospace Information Research Institute/AIR) di bawah CAS melakukan eksperimen observasi Kendaraan Udara Nirawak (UAV) dan pengindraan jauh berbasis darat untuk gas rumah kaca di daerah perkotaan dan industri utama di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan, dan Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.

Mereka mengembangkan LUCCN yang pada dasarnya terdiri dari dua kategori instrumen, termasuk lima pengukuran in-situ berbasis darat dan empat pengukuran in-situ berbasis UAV.

Eksperimen observasi menunjukkan bahwa komponen UAV LUCCN memiliki keunggulan signifikan dalam pengumpulan data dibandingkan komponen berbasis darat karena sumber emisi titiknya berada pada ketinggian yang relatif tinggi, yang terutama terlihat jelas di sebuah pembangkit listrik tenaga gas di Shenzhen, sebut artikel penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences.

Sistem LUCCN ini diperkirakan akan diterapkan dalam kampanye pemantauan karbon di masa depan untuk meningkatkan cakupan spasiotemporal informasi emisi karbon.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023