Keberadaan peritel menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam rantai pasok pangan nasional
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengelaborasi penguatan sinergitas pangan dengan pelaku usaha ritel yang turut menjadi kunci pertumbuhan industri pangan.

“Keberadaan peritel menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam rantai pasok pangan nasional. Untuk itu, semakin kuatnya sektor ritel pangan tentu akan dapat mendorong ekosistem pangan nasional yang sehat dan terus bertumbuh seperti ditegaskan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam berbagai kesempatan,” kata Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo di Jakarta, Minggu.

Deputi Nyoto menyampaikan selama ini NFA terus bersinergi dengan kalangan ritel dalam mendukung ketersediaan pangan serta SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang mampu meningkatkan gairah ekonomi nasional.

Dalam penyaluran beras program SPHP, NFA bersama Perum Bulog turut memasifkan melalui jalur ritel modern seperti Ramayana, Indomaret, Alfamart, Hypermart, Superindo, dan Lotte. Harga beras SPHP konsisten pada harga maksimal Rp10.900 per kg dengan pembatasan pembelian maksimal 2 kemasan per pelanggan.

Sebagai dampak dari upaya digencarkan penggelontoran beras SPHP ke semua lini pasar, harga beras medium di tingkat konsumen mulai mengalami penurunan secara gradual. Pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata semua provinsi untuk beras medium berada di angka Rp13.220 per kg dan mengalami depresiasi 30 poin pada 10 November menjadi di harga Rp13.190 per kg.

Lebih lanjut Nyoto memaparkan adanya kerja sama NFA dengan kalangan ritel dalam hal pengawasan keamanan mutu pangan, utamanya berkaitan dengan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT).

“NFA bersama-sama pelaku usaha ritel senantiasa memastikan keamanan PSAT yang diperjualbelikan. Ini dilakukan berupa melakukan pengawasan langsung dan pengecekan terhadap pemenuhan standar keamanan dan mutu pangan. NFA selalu mendorong kalangan ritel agar memilih pemasok yang telah memiliki izin edar PSAT dan tidak memperdagangkan produk PSAT yang tidak menyertai identitas pada kemasannya,” jelas Nyoto.

Tak hanya itu, NFA juga mengajak pelaku usaha ritel untuk mencegah pemborosan pangan atau food waste. Hal itu lantaran 1,3 miliar ton pangan atau setara dengan sepertiga dari pangan yang diproduksi terbuang setiap tahun. Padahal itu berpotensi dapat dimanfaatkan bagi sekitar 61-125 juta jiwa atau 29-47 persen dari populasi penduduk Indonesia.

“Oleh sebab itu, kami ingin mengajak seluruh pelaku usaha ritel, terutama yang bergerak di bidang pangan untuk membantu kampanyekan gerakan ‘Stop Boros Pangan’. Ini bisa dengan menempelkan imbauan berupa flyer, iklan atau media kreatif lainnya di tempat usahanya masing-masing,” ucapnya.

Baca juga: NFA berkonsultasi dengan Kemenkumham susun RUU Food Waste
Baca juga: NFA kejar stok komoditas sebanyak 5 persen di atas kebutuhan nasional


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023