... terima kasih Tuhan... "
London (ANTARA News) - Sergiy Stakhovsky dapat berbicara dalam lima bahasa dan ia membaca literatur klasik Rusia untuk memenuhi waktu senggangnya, tapi Rabu lalu ia menaklukkan tantangan besar -- ketika dia memupus legenda tenis dunia, Roger Federer.

Petenis dari Ukraina itu menang 6-7 (5/7), 7-6 (7/5), 7-5, 7-6 (7/5) pada putaran kedua atas juara Wimbledon tujuh kali itu, dan kemenangan itu satu kejutaan terbesar dalam sejarah olahraga tenis.

Bagi Federer, ini kekalahan paling buruk, dalam turnamen Grand Slam sejak tumbang pada putaran pertama Prancis Terbuka 2003 dan kekalahan paling awal juara bertahan Wimbledon sejak kekalahan pada putaran kedua pada 2002.

Unggulan ketiga turnamen tenis Wimbledon itu sebelumnya sudah tampil dalam 36 perempat final turnaman Grand Slam, dan belum pernah kandas sebelum putaran kedelapan sejak Prancis Terbuka 2004.

Bagi petenis nomor 116 dunia Stakhovsky, ini merupakan kemenangan pertama atas lawan di luar peringkat 10 besar dunia dalam 21 kali yang pernah dicobanya.

Kemenangan besar itu tidak diduga-duga dan tidak dinyana, ketika pemain di luar peringakt 100 dunia itu berhasil bertahan atas servis dan voli lawannya yang datang bertubi-tubi ke daerahnya.

"Ketika kita datang ke sini, di halaman buku dan majalah kelihatan wajah Roger Federer," kata Stakhovsky, petenis berusia 27 tahun dari akademi Kiev itu.

"Anda bermain melawan petenis yang berarti bermain melawan petenis legenda. Ia sudah menang tujuh kali dan saya berhasil mengalahkannya," katanya.

"Anda seperti bermain lawan dua orang. Ketika kita mengalahkan satu orang, masih ada satu lagi yang melakukan tekanan terhadap kita. Anda berkata, apakah saya akan mengalahkannya? Apakah mungkin?," kata petenis yang dibayang-bayangi nama besar lawannya itu.

Stakhovksy, yang menjadi perhatian besar di internet bulan lalu karena dengan menggunakan telepon genggam berhasil mengambil gambar kontroversial ketika bola jatuh ke garis lapangan di Prancis Terbuka, memiliki empat gelar turnamen tur dalam karirnya.

Ia pernah berada di urutan ke-31 dunia tiga tahun lalu.

Ia memperagakan permainan seperti Pete Sampras dan Pat Rafter ketika melakukan servis dan voli pada pertandingan di Centre Court, Rabu.

"Amat sukar melawan petenis itu di lapangan rumput dan rasanya pasti tidak mungkin, apalagi di sini," kata Stakhovksy.

"Ia amat mahir bermain di lapangan rumput. Ia meresapinya dan ia dapat melakukan apapun dengan bola yang mampir di raketnya," katanya.

"Satu-satunya taktik yang saya lakukan adalah menekannya sekuat mungkin melalui servis saya dan mendekat sebisa saya. Semakin dekat saya dengan dia, semakin berkurang irama permainannya," tambahnya.

"Saya kira saya cukup berhasil dan ia tidak dapat kembali ke irama permainannya. Ia kembali bermain bagus pada pertengahan set keempat," kata pemain itu.

Setelah menghabisi harapan Federer untuk meraih gelarnya yang kedelapan pada turnamen Wimbledon itu, Stakhovsky, yang selanjutnya akan bertemu dengan petenis yang tidak diunggulkan dari Austria Jurgen Melzer untuk mendapatkan tempat di babak 16 besar, tetap saja memuji kepiawaian Federer.

"Bila orang berbicara tentang tenis maka orang akan berbicara tentang Roger Federer. Ia pemain hebat yang kita miliki. Ia memiliki nama besar dan kita tetap membanggakannya hingga saat ini, terima kasih Tuhan," katanya.

"Dan saya kira sebagai seorang manusia, ia menunjukkan kepada kita bahwa kita bisa menjadi orang berguna sekaligus tetap sebagai orang yang dikagumi banyak orang," katanya.

(A008/A016)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013