Betun (ANTARA News) - Bantuan berupa makanan dan pakaian baik dari pemerintah maupun pihak swasta mulai mengalir untuk 5.610 korban banjir bandang Sungai Benenai di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.

"Selain dari Pemerintah Kabupaten Belu dan Malaka, kali ini giliran Kepolisian Resor Belu juga ikut memberikan bantuan langsung kepada warga korban pengungsi banjir Benanain di Kecamatan Malaka Barat, berupa beras dan mi instan," kata Kepala Polres Belu AKBP Yudi Priyono di Betun, Kamis.

Hingga saat ini, Kepolisian Resor Belu masih memprioritaskan keamanan warga korban banjir yang mengungsi dengan terus berpatroli ke lokasi rumah para warga, setelah ditinggal mengungsi.

"Ini penting untuk menghindari dampak ikutan dari bencana yaitu pencurian dan persoalan kamtibmas lainnya," katanya.

Berdasarkan informasi dari Kecamatan Malaka Barat, ribuan warga setempat membutuhkan bantuan karena menjadi korban banjir sungai tersebut sejak beberapa waktu lalu.

"Karena rumah mereka mengalami kerusakan, juga sawah ladang rusak akibat digenangi air bah yang belum juga surut. Rusaknya ribuan hektare lahan pertanian yang menjadi tumpuan nafkah membuat penduduk tak berdaya," kata Koordinator Suster SSpS Betun Sr. Genoveva.

Ia mengatakan para suster dari Kongregasi SSpS memberikan bantuan kepada warga dengan keterbatasan yang dimiliki.

Koordinator Forum Solidaritas Korban Benenai Herman Seran mengatkaan pihaknya membuka posko untuk menerima bantuan dari berbagai pihak.

"Bantuan dalam berbagai bentuk untuk selanjutnya diserahkan ke para korban banjir," katanya.

Ia mengatakan solidaritas itu muncul ketika ribuan rumah rusak, sawah dan ladang gagal panen.

Ia menyebutkan para korban banjir Sungai Benanain hanya bisa pasrah dan menangis, seperti di wilayah Harewe Luan dengan panenan yang telah dibawa ke rumah mengalami kerusakan karena banjir, sedangkan tanaman di sawah dan ladang yang siap panen, hanyut akibat luapan air Sungai Benanain.

"Banjir yang masih menggenang hingga ketinggian lebih dari dua meter, membuat para warga tak bisa beraktivitas. Mereka tak bisa keluar rumah juga hidup dalam gelap gulita, karena pasokan listrik sudah dipadamkan sejak beberapa hari lalu," katanya.

Pengiriman bantuan melalui jalur darat, terhambat oleh Sungai Benanai yang airnya masih meluap cukup tinggi, seperti di Desa Sikun dan Fafoe yang harus ditempuh dengan perahu karet.

Ia mengatakan jalur dari Desa Besikama ke Sikun atau sebaliknya dari Fahiluka ke Sikun terkendala luapan Sungai Benanai.

Hingga saat ini, para korban banjir masih membutuhkan bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan karena bencana itu membuat anak-anak dan orang tua mengalami sakit. Mereka terpaksa tinggal di tempat yang tidak layak.

Banjir akibat luapan Sungai Benanai melanda 36 desa di dua kecamatan, yakni Malaka Barat meliputi Motaulun, Naas, Maktihan, Besikama, Lasaen, Umatoos, Fafoe, Sikun, Oan Mane, Umalor, Motain, Rabasahain, Loofoun, dan Rabasa Haerain.

Di Kecamatan Weliman meliputi Kleseleon, Angkaes, Wederok, Lamudur, Forekmodok, Umalawain, Haliklaran, dan Bonetasea. Hingga saat ini, para korban banjir mengungsi di kawasan Wekmidar yang tidak terlanda luapan air bah. 

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013