Le Sangkuriang telah membantu pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Memperingati 13 tahun menjadi warisan dunia oleh UNESCO, 25 anggota Grup Le Sangkuriang memainkan musik tradisional angklung di Markas PBB di Jenewa dengan lagu mulai dari You Raise Me Up, Heal the World, hingga si Jali-jali.   

Kehadiran mereka menjadi bagian dari acara bazar tahunan United Nations Women’s Guild (UNWG) pada Selasa (14/11) yang kali ini dirangkai sebagai perayaan 13 tahun angklung diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda dan Kemanusiaan.

"Le Sangkuriang telah membantu pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya alat musik tradisional di Jenewa dan sekitarnya," kata Ketua Dharma Wanita Persatuan Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa Donna Widya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Rabu.

Donna yang juga menjadi pembina Le Sangkuriang, merasa bangga pada Grup Le Sangkuriang yang tidak hanya tampil di Markas PBB Jenewa, tapi juga berbagai berbagai panggung internasional seperti WHO, WIPO, dan berbagai festival musik di Jenewa dan Perancis.

Dia berharap Le Sangkuriang dapat terus memperluas kegiatannya mempromosikan budaya Indonesia tidak hanya di Jenewa, tetapi juga di seluruh Swiss. Ia juga berharap agar kerja sama antara PTRI Jenewa dan Le Sangkuriang dapat lebih ditingkatkan.

Grup Le Sangkuriang berdiri di Jenewa pada tahun 2008, memperkenalkan angklung sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia baik di berbagai sekolah .
termasuk sekolah internasional di Jenewa.

Seniman Angkung Saung Ujo, Sam Ujo, mengatakan pihaknya melatih intensif kepada kelompok Le Sangkuriang saat mereka baru didirikan pada 2008 dan bangga grup itu tetap eksis dan peduli angklung sebagai alat musik yang unik yang setiap angklung menghasilkan satu nada atau kord, sehingga beberapa pemain harus berkolaborasi untuk memainkan melodi.

"Ini mempromosikan nilai-nilai kerja sama, saling menghormati, dan harmoni sosial," ujarnya.

Konduktor Le Sangkuriang Cessy Karina menambahkan pertunjukan angklung di markas PBB itu tidak hanya ingin menyajikan budaya Indonesia kepada penonton tetapi juga menginspirasi mereka sebagai warga dunia.

"Angklung, dengan prinsip kolaborasi dan persatuan yang melekat padanya, menjadi pengingat kuat akan pentingnya memupuk perdamaian dan pemahaman antarnegara," ucapnya.

Baca juga: Perkenalkan IKN di Swiss, PTRI Jenewa tampilkan budaya Kaltim

Baca juga: PTRI Jenewa gelar Pesta Rakyat jaga semangat nasionalisme


Baca juga: Indonesia promosikan angklung sebagai terapi pasien demensia di Qatar

Baca juga: KBRI Roma bawa diplomasi budaya angklung di Indonesian Cultural Night


 

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023