Untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa depan, BRIN mendorong untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi, baik di sektor migas maupun di sektor EBT, serta mendorong untuk menyesuaikan perannya dalam transisi energi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Haznan Abimanyu mengingatkan pentingnya para peneliti dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperkuat ekosistem riset di sektor energi sehingga dapat mendukung ketahanan energi Indonesia.

"Untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa depan, BRIN mendorong untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi, baik di sektor migas maupun di sektor EBT, serta mendorong untuk menyesuaikan perannya dalam transisi energi," kata Haznan dalam webinar "Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon" di Jakarta, Rabu.

Haznan mengatakan bahwa kebutuhan energi di Indonesia, terutama bahan bakar dan listrik, diprediksi akan terus meningkat seiring penambahan populasi, perubahan gaya hidup, serta pertumbuhan ekonomi.

Substitusi energi ke arah yang lebih hijau dibutuhkan untuk menyiasati ketergantungan terhadap energi fosil. Haznan mengatakan, energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu kunci keberhasilan pemenuhan kebutuhan energi nasional di masa depan.

Peralihan menuju EBT perlu dilakukan secara bertahap. Haznan menilai, minyak dan gas bumi (migas) masih memegang peranan penting di dalam periode transisi energi. Maka, menurut dia, teknologi dan strategi menuju transisi energi yang berkelanjutan juga sangat diperlukan.

"Kita harus hati-hati untuk mengambil pelajaran dari negara lain yang tergesa-gesa mendeklarasikan NZE dengan menghapus pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, namun menelan pil pahit dengan adanya krisis energi. Kemudian menjadi terpaksa menyandarkan kembali atau membuka kembali kepada migas dan batu bara sebagai sumber energi," kata Haznan.

Sebagai bagian dari langkah transisi bahan bakar, pemerintah telah meluncurkan program B30 pada akhir 2019. Haznan mengatakan, upaya tersebut berhasil menghemat 9 juta kiloliter atau setara devisa Rp60 triliun per tahun akibat berkurangnya impor solar.

"Sekarang diupayakan menjadi B40. Yang saat ini (sudah ada) B35. BRIN bersama para stakeholder sedang melakukan pengujian B40 untuk menjawab tantangan tersebut," ujar dia.

Haznan mengatakan, BRIN berkomitmen untuk mendukung riset di bidang EBT, namun diperlukan sinergi pentahelix mulai dari akademisi, pemerintah, BUMN dan swasta, asosiasi, hingga media guna menyukseskan pengembangan riset tersebut. Menurut dia, kesuksesan program bioenergi, dari B20 hingga B35, tidak terlepas dari penerapan kolaborasi pentahelix yang nyata.

"Kami di BRIN, terutama OREM, menyiapkan riset ke arah sana dengan menerapkan kolaborasi pentahelix. Saya mengajak semua pihak, mari kita bangun ekosistem riset dan inovasi ini secara bersama-sama," kata Haznan.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023