Thamilini menjalani pelatihan keterampilan di kamp
Kolombo (ANTARA News) - Militer Sri Lanka membebaskan seorang wanita pemimpin Macan Tamil dari penahanan empat tahun setelah ia menyelesaikan kursus rias pengantin, kata kantor presiden.

Gerilyawati Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) yang berubah menjadi politikus itu telah menjalani masa rehabilitasi satu tahun dengan kursus rias pengantin sebelum pembebasannya, demikian pernyataan kantor presiden, seperti yang dilaporkan AFP.

Sivakamy Subramaniam, yang lebih terkenal dengan julukan Thamilini, mengambil bagian dalam serangan-serangan terhadap pasukan pemerintah setelah bergabung dengan LTTE pada 1991, namun kemudian menghentikan tugas tempurnya untuk bergabung dan kemudian mengambil peranan utama dalam sayap politik kelompok tersebut.

"Thamilini menjalani pelatihan keterampilan di kamp (rehabilitasi pemerintah) dan mengikuti kursus rias pengantin," kata pernyataan kantor presiden itu, Jumat, dengan menambahkan bahwa ia "setuju untuk direhabilitasi".

Wanita berusia 41 tahun itu ditangkap oleh pasukan keamanan pada 2009 di sebuah kamp pengungsi dimana sekitar 330.000 orang sipil berlindung selama tahap-tahap akhir perang separatis Sri Lanka.

Subramaniam bersatu lagi dengan keluarganya Rabu di Vavuniya, Sri Lanka utara.

Militer Sri Lanka mengadakan serangkaian program pelatihan bagi sekitar 12.000 gerilyawan yang menyerah kepada pasukan keamanan pada 2009.

Para mantan gerilyawan memiliki pilihan kursus seperti tukang batu, tukang pipa, tukang kayu, ilmu kejiwaan dan pemrograman komputer.

Pasukan Sri Lanka meluncurkan ofensif besar-besaran untuk menumpas kelompok pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam pada 2009 yang mengakhiri perang etnik hampir empat dasawarsa di negara tersebut.

Namun, kemenangan pasukan Sri Lanka atas LTTE menyulut tuduhan-tuduhan luas mengenai pelanggaran hak asasi manusia.

Pada September 2011, Amnesti Internasional yang berkantor di London mengutip keterangan saksi mata dan pekerja bantuan yang mengatakan, sedikitnya 10.000 orang sipil tewas dalam tahap final ofensif militer terhadap gerilyawan Macan Tamil pada Mei 2009.

Pada April 2011, laporan panel yang dibentuk Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mencatat tuduhan-tuduhan kejahatan perang yang dilakukan kedua pihak.

Sri Lanka mengecam laporan komisi PBB itu sebagai "tidak masuk akal" dan mengatakan, laporan itu berat sebelah dan bergantung pada bukti subyektif dari sumber tanpa nama.

Sri Lanka menolak seruan internasional bagi penyelidikan kejahatan perang dan menekankan bahwa tidak ada warga sipil yang menjadi sasaran pasukan pemerintah. Namun, kelompok-kelompok HAM menyatakan, lebih dari 40.000 warga sipil mungkin tewas akibat aksi kedua pihak yang berperang.

PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.

(M014)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013