Moskow (ANTARA News) - Rusia akan bertemu dengan delegasi dari Korea Utara pekan depan untuk membahas kemungkinan dimulainya kembali perundingan untuk mengakhiri program nuklir Pyongyang, kata kementerian luar negeri Rusia seperti dilaporkan kantor berita Rusia.

Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Kim Kye Gwan, akan melakukan perjalanan ke Moskow pada Kamis untuk "konsultasi seluruh serangkaian isu seputar program nuklir Korea Utara," sebut kementerian luar negeri seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti.

Menurut AFP, utusan Korut itu akan bertemu Deputi Pertama Menteri Luar Negeri Rusia Vladimir Titov dan Wakil Menteri Luar Negeri Igor Morgulov untuk membahas "pelanjutan kembali perundingan enam negara" mengenai senjata nuklir Korea Utara, kata RIA Novosti.

Negara Asia terisolasi ini baru memperingatkan bahwa permusuhan dengan Amerika Serikat bisa menimbulkan perang setiap saat, dan bersumpah untuk tidak menyerahkan kekuatan nuklirnya di tengah meningkatnya sanksi-sanksi PBB dan internasional setelah pengujian nuklirnya baru-baru ini.

Pada saat yang sama, diplomat Korea Utara mengatakan mereka ingin berbicara dengan Amerika Serikat, dan Kim Kye Gwan pekan lalu membahas dimulainya kembali perundingan enam negara dengan China, ketika ia bertemu dengan Menlu Wang Yi di Beijing.

Ketegangan atas program nuklir negara itu melonjak pada Februari setelah Pyongyang melakukan uji atom bawah tanah ketiga sejak tahun 2006, yang memicu kemarahan masyarakat internasional dan memperketat sanksi PBB yang didukung oleh China, sekutu utamanya.

Forum perlucutan senjata nuklir Korea Utara mencakup kedua Korea, China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Ada beberapa putaran pembicaraan antara 2003 dan 2007, namun pembicaraan telah dibekukan sejak 2009, ketika Korea Utara menarik diri sebagai reaksi terhadap sanksi PBB.

Setelah pengujian bom lagi pada Februari, Korea Utara telah menutup hubungan dengan Korea Selatan.

Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Pyongyang, dan mendiang pemimpin Kim Jong-Il telah melakukan perjalanan kereta api ke Siberia tahun 2011 tak lama sebelum kematiannya, dan menyerukan dimulainya kembali pembicaraan "tanpa prasyarat".

Moskow telah berulang kali mengatakan bahwa situasi di Korea Utara bisa lepas di luar kendali, dan baru-baru itu Morgulov menyebutnya sebagai "mudah meledak" dan siap untuk menjadi situasi yang tak terkendali dengan "human error yang mendasar".

(H-AK)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013