Banyak penumpang beralih ke kereta karena murah tetapi berdesak-desakan seperti pepes
Jakarta (ANTARA News) - Penerapan tarif progresif KRL dengan menyelaraskan pada jarak antarstasiun diapresiasi oleh para pengguna KRL tetapi masih terdapat banyak keluhan terkait pelayanan yang seharusnya lebih diperhatikan.

"Saya setuju karena memang seharusnya untuk tarif seperti itu.. tapi saya harap fasilitas dan tambahan gerbong juga diperhatikan," kata seorang penumpang dari Bogor, Gesha Natasha, di Jakarta, Senin.

Menurut Gesha, seharusnya pihak KAI Commuter Jabodetabek lebih mengutamakan penambahan gerbong terdahulu sebelum menerapkan tarif progresif seperti sekarang ini.

Ia berpendapat, banyak penumpang yang sebenarnya telah sadar untuk beralih ke transportasi umum seperti kereta tetapi tanpa adanya penambahan gerbong, maka para penumpang terpaksa berhimpitan di dalam kereta.

"Banyak penumpang beralih ke kereta karena murah tetapi berdesak-desakan seperti pepes," katanya.

Sementara itu, pengguna KRL lainnya, Fransiska Ninditya juga mengapresiasi penerapan tarif progresif yang telah ditetapkan PT KAI Commuter Jabodetabek.

Menurut Fransiska, dengan penerapan tarif seperti saat ini membuat beban biaya menaiki KRL menjadi lebih murah dibanding sebelumnya. "Biasa kena ongkos Rp8.000 kini cuma Rp2.000," katanya yang biasa naik KRL dari stasiun Sudimara hingga stasiun Tanah Abang.

Namun, ia menyayangkan bahwa pemberlakuan tarif progresif tidak dibarengi dengan perbaikan pelayanan seperti arus masuk penumpang ke dalam stasiun masih lamban dibanding saat petugas masih menggunakan tiket kertas yang disobek.

Kecanggungan dalam menggunakan tarif progresif tidak hanya dialami oleh warga pengguna jasa, ujar dia, tetapi para petugas juga ada yang mengalaminya.

Sedangkan warga Ciputat, Lulu Fitri juga menginginkan agar lebih banyak lagi gerbong kereta yang didatangkan agar pelayanan dapat membaik.

Warga Pondok Ranji, Muna Rahman menyatakan sedih bila penerapan tarif progresif ujung-ujungnya hanya karena ingin menghapuskan KRL ekonomi non-AC secara bertahap. "Buat yang benar-benar butuh (KRL ekonomi non-AC) itu penting banget," katanya.

Sebelumnya, sejak Senin (24/6), dilakukan dan pemasaran kartu E-Ticketing Berlangganan atau Multi Trip yang menggunakan sistem potong saldo, yang bisa dimiliki dengan membayar kartu perdana Rp20.000 ditambah saldo perdana Rp13.000.

Selanjutnya, untuk pengisian ulang saldo pengguna kartu Berlangganan Multi Trip dapat melakukan Isi Ulang atau Top Up pada loket Stasiun di Jabodetabek dengan pilihan nominal mulai dari Rp 5.000 atau Rp. 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 200.000.

Saldo pada kartu Multi Trip dapat diisi sampai dengan saldo maksimal sebesar Rp 1.000.000. Selain itu, Kartu Multitrip tidak memiliki masa kedaluwarsa sehingga pengguna tidak perlu khawatir saldo yang ada pada kartu akan hangus dalam jangka waktu tertentu jika tidak digunakan.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013