Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak berbahan fosil merupakan momentum yang tepat untuk mengembangkan bahan bakar nabati atau biofuel di tanah air.

"Oleh karena itu kenaikan harga BBM saat ini menjadi momentum untuk merangsang energi alternatif biofuel dari CPO (minyak sawit) atau jarak pagar untuk dikembangkan," kata Rusman Heriawan di Jakarta, Senin.

Rusman menyatakan, insentif kenaikan BBM yang dapat diberikan Kementerian Pertanian yakni dengan memberi ruang yang lebih luas bagi perkembangan energi alternatif biofuel.

"Ini momentum dan kalau ini bisa melakukan dengan bagus dan berhasil maka kita bisa meminta pemerintah memberikan insentif subsidi biofuel ini," katanya.

Wamentan menyatakan, pengembangan biofuel selama ini tidak berjalan bagus bahkan berhenti karena tidak mendapatkan subsidi seperti halnya BBM premium yang waktu itu harganya Rp4.500/liter.

Padahal, tambahnya, bahan bakar nabati atau biofuel dari jarak pagar maupun kemiri sunan itu harganya Rp7.000/liter dan jika dijual Rp8.000/liter dipastikan tidak ada yang bersedia memproduksi karena terlalu mahal bagi konsumen.

Namun, tambahnya, nantinya kalau ada pengalihan ke biofuel dari jarak pagar atau lainnya dan bisa bersaing dengan BBM dari fosil maka Pertamina harus mendukung.

"Kita harus belajar pada keberhasilan di Brasil dengan bioethanolnya dari tebu. Mereka berhasil," katanya.

Menurut Wamentan, saat ini bahan bakar utama di negara itu bukan BBM dari fosil tapi dari bioethanol dan dilakukam secara konsisten.

"Saya kira kalau kebijakan kita konsisten dan didukung semua pihak, saya kira ini bukan mimpi lagi dan bisa menjadi kenyataan," katanya.

Rusman menyatakan, pengembangan biofuel dari CPO tersebut sekaligus sebagai upaya membangun industri hilir bagi usaha perkebunan sawit nasional yang selama ini dinilai tertinggal dibandingkan dengan Malaysia.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013