Bencana merupakan tantangan bahkan ancaman nyata
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto membekali Perwira Siswa (Pasis) pengetahuan kebencanaan dalam Ceramah Pembekalan Kepada Pendidikan Reguler LXIII Seskoad Tahun Anggaran 2023 di Gedung Jenderal Gatot Soebroto Seskoad, Bandung, Jawa Barat.

Suharyanto dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Senin memaparkan, setelah para Pasis selesai dari pendidikan, selain menghadapi tantangan terkait militer juga akan menghadapi ancaman bencana di wilayah penugasan masing-masing.

“Bencana merupakan tantangan bahkan ancaman nyata yang akan dihadapi para siswa setelah mengikuti Pendidikan seskoad dan kembali memasuki ke satuan masing-masing. Bencana itu pasti. Ada bencana alam dan bencana non alam,” ujar lulusan Seskoad tahun 2003

Suharyanto mengatakan bencana terdiri dari geologi dan vulkanologi, hidrometeorologi kering, hidrometeorologi basah, kemudian bencana non alam, dan semua jenis bencana ada di Indonesia. Di satu sisi Indonesia yang terkenal akan kekayaan melimpah dan sumber daya alam yang luar biasa, di sisi lain kita tinggal di daerah rawan bencana.

Baca juga: BG Kementerian ESDM keluarkan rekomendasi mitigasi bersama
Baca juga: LP2M Universitas Jember siapkan civitas akademika tangguh bencana


Suharyanto menjelaskan sejarah berdirinya, tugas dan fungsi BNPB mulai dari menangani pra bencana, saat bencana dan pasca bencana, berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007.

“Ketika terjadi banjir, longsor dan bencana lain di daerah, jika bersifat ringan delegasinya di BPBD sebagai fungsi komandonya, TNI/Polri bisa menginduk kepada BPBD. Jika bencana besar, tidak bisa ditangani oleh BPBD, BNPB harus turun karena bencananya masif dan langsung pegang komando,” kata Suharyanto.

Dirinya menjelaskan beberapa kejadian bencana di Indonesia, komando penanganan di lapangan tidak lepas dari peran TNI.

"Di Palu, bencana gempa tsunami likuifaksi akhirnya waktu itu Panglima Divisi Kostrad diminta untuk membantu, kejadian gempa di NTB akhirnya perwira tinggi TNI sebagai Dansatgas saat tanggap darurat, di Cianjur Komandan Korem sehari-hari yang memegang tahap tahap pengendalian,” tuturnya.

Suharyanto turut memberikan data-data kejadian bencana yang pernah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun belakang. Jika dirata-ratakan per hari ada sekitar 10 sampai 12 kali bencana, namun dampak bencana turun dari tahun ke tahun yang memperlihatkan hasil dari upaya pencegahan dan mitigasi," jelasnya.

Baca juga: Wapres galang kolaborasi mitigasi bencana hadapi musim hujan
Baca juga: Basarnas berkomitmen percepat respon evakuasi saat bencana


Suharyanto yang juga sempat menjabat Ketua Satgas Penanganan COVID-19 dan Ketua Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bercerita tentang pengalaman menangani kedua bencana non alam tersebut. Tidak hanya melakukan penanganan bencana yang ada di Indonesia saja, BNPB juga terjun membantu penanganan bencana di negara lain.

“Di samping menangani bencana di dalam negeri, pemerintah Indonesia juga membantu ke luar negeri, mengirimkan bantuan kemanusiaan. Untuk tahun 2022 sampai 2023, mengirimkan ke Pakistan saat banjir, Turkiye dan Suriah saat gempa, Vanuatu pasca kena angin topan, kemudian Myanmar dan Libya,” jelasnya.

Pada akhir pemaparan, Suharyanto yang merupakan jenderal bintang tiga ini berharap para Perwira Siswa setelah menyelesaikan masa belajarnya, dapat menjadikan pengetahuan kebencanaan ini menjadi bekal untuk turut menjaga keselamatan masyarakat dari potensi bencana.

“Anda semua akan bertugas di satuan angkatan darat dan kepolisian, pengetahuan ini dijadikan bekal. Ingat ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk menjaga keselamatan masyarakat di antaranya keselamatan menghadapi bencana,” pungkas Suharyanto.

Baca juga: PVBMG sebut dua gunung api di NTT berstatus waspada
Baca juga: BNPB: Cuaca ekstrem dominasi kejadian bencana di transisi musim hujan

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023