Mumbai (ANTARA) - Kota New Delhi di India membuka lagi sekolah dan proyek konstruksi pada Senin setelah polusi udara dinilai telah berkurang meski busa beracun masih mencemari sebagian Sungai Yamuna.

Ibu kota dengan polusi terburuk di dunia itu terus berusaha mengatasi pencemaran udara meskipun pemerintah India berjanji akan melakukan perbaikan.

Indeks kualitas udara (AQI) pada Senin tercatat 336, turun dari 509 pada Kamis pekan lalu, tetapi angka itu masih dianggap "berbahaya", menurut IQAir.

Anak-anak bersekolah dengan memakai masker setelah sekolah mereka ditutup hampir dua pekan.

Sementara itu, para penganut Hindu yang merayakan festival berjalan ke sungai untuk mandi pada pagi yang berkabut. Mereka seperti tidak terusik oleh busa putih yang oleh pihak berwenang disebut beracun.

Busa itu muncul dari lumpur dan limbah yang tidak diolah, kata seorang mantan penasihat pemerintah Delhi, Ankit Srivastava.

Dia menambahkan bahwa dewan air kota sedang menyemprotkan bahan kimia yang aman untuk mengendalikan busa tersebut.

"Secara alamiah busa ini tidak mematikan," kata Srivastava, yang juga seorang insinyur lingkungan.

"Anda tidak akan mati jika mengonsumsinya, tetapi Anda akan sakit," lanjutnya.

Pada Minggu, Menteri Lingkungan Delhi Gopal Rai mengatakan kepada pers bahwa pekerjaan konstruksi pada proyek infrastruktur publik bisa dilanjutkan, meski aktivitasnya dibatasi.

Pernyataan itu dikeluarkan menyusul pencabutan langkah darurat pada 5 November untuk mencegah kualitas udara terus memburuk, termasuk larangan aktivitas konstruksi.

Langkah darurat itu dicabut setelah indeks kualitas udara membaik.

Polusi udara di Delhi memburuk selama musim dingin, ketika kecepatan angin turun dan udara dingin membawa polutan yang dilepaskan oleh kendaraan, industri, dan pembakaran limbah pertanian di negara-negara bagian sekitarnya menjelang musim tanam yang baru.

Gas buang kendaraan pada Senin menjadi penyumbang besar partikel halus berukuran 2,5 mikrometer (PM2,5) yang melayang di udara, menurut penelitian para pakar yang bekerja sama dengan pemerintah Delhi.

Kendaraan menyumbang 51 persen PM2,5, yang dianggap sangat berbahaya bagi manusia, di sepanjang jalan-jalan utama.

Angka itu naik dari 27 persen dan 32 persen selama dua hari terakhir, kata penelitian itu.

Baca juga: Tiga kota India masuk daftar 10 kota terpolusi setelah upacara Diwali
Baca juga: Mahkamah Agung India: Polusi udara di New Delhi 'sangat serius'


Sumber: Reuters

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023