NU tetap berpegang pada metode rukyat untuk penentuan awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri,"
Jakarta (ANTARA News) - Nahdlatul Ulama (NU) belum menentukan awal puasa atau awal Ramadhan karena menunggu hasil rukyat yang baru dilaksanakan 8 Juli mendatang.

"NU tetap berpegang pada metode rukyat untuk penentuan awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Selasa.

Said Aqil menolak anggapan pilihan penentuan awal bulan melalui metode rukyat adalah bentuk ketertinggalan dari kemajuan teknologi.

"Lajnah Falakiyah kami juga canggih, mau menentukan tanggal sampai tiga ribu tahun ke depan juga bisa. Ini bukan soal canggih atau tidak canggih, tapi ini mengikuti seperti apa yang dijalankan Rasulullah," tegasnya.

Terkait seringnya muncul mendung dalam pelaksanaan rukyat yang mengakibatkan penentuan awal bulan terkendala, Said Aqil mengatakan ada petunjuk lain dari Rasulullah untuk menggenapkan bulan menjadi 30 hari.

Pada bagian lain, Said Aqil menyatakan menyesalkan perbedaan waktu pelaksanaan awal puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang sering terjadi di Indonesia.

Menurut dia, perbedaan semacam itu memang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di Timur Tengah. Hanya saja, di kawasan Timur Tengah perbedaan tidak terjadi dalam satu negara, melainkan di negara-negara yang berbeda.

"Di Timur Tengah penentuan puasa juga sering berbeda, tapi antarnegara, bukan di satu negara ada kelompok-kelompok yang saling berbeda. Al Quran dengan tegas memerintah kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan taat kepada pemimpin," katanya.

Sementara itu Sekretaris Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama Nahari Ilyas mengatakan, pihaknya mulai melaksanaan rukyat pada tanggal 28 Sya`ban 1434 H atau bertepatan tanggal 8 Juli 2013 mendatang.

LFNU telah menentukan pelaksanaan rukyat di 90 titik dan telah mempersiapkan tim untuk melaksanakan pengamatan bulan secara langsung tersebut.

"Semua hasil yang dilihat di 90 titik itu akan dilaporkan ke Lajnah Falakiyah pusat, ke kami. Selanjutnya di sini akan dibahas bagaimana keputusan akhirnya," kata Nahari.

(S024/Z002)

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013