Depok (ANTARA) - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Mahasiswa (Suma) Universitas Indonesia (UI) memaparkan hasil mini-riset yang dilakukan bersama dengan Yayasan CERAH Indonesia yang menggambarkan ketertarikan mahasiswa terhadap pekerjaan hijau mencapai 98 persen.

"Anak muda percaya bahwa green jobs memberikan peluang karier yang menarik," kata Pemimpin Redaksi Suma UI, Dian Amalia Ariani di Kampus UI Depok, Selasa.

Menurut dia, ketertarikan anak muda terhadap green jobs tidak terlepas dari kekhawatiran mengenai dampak krisis iklim dan degradasi lingkungan yang makin parah.

Saat mencari pekerjaan, mereka tidak hanya mempertimbangkan penghasilan, tetapi juga ingin pekerjaannya berdampak positif bagi lingkungan. Namun, masih banyak hambatan yang dihadapi dalam mengakses green skills.

Baca juga: Mahasiswa UI ciptakan aplikasi Canteencare pantau gizi makanan siswa

Baca juga: Riset UI menemukan 79 persen UMKM patuhi hukum lingkungan


"Informasi tentang pekerjaan hijau saat ini masih kurang atau bahkan tidak dapat diakses," ujar Dian.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas, Maliki, menekankan bahwa pekerjaan hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

Ia menyoroti berbagai manfaat yang dihasilkan dari pekerjaan hijau, seperti manfaat ekonomi, pengurangan emisi, dan peningkatan lapangan kerja.

Menurutnya, kebutuhan industri akan tenaga kerja hijau belum seimbang, sehingga hal itu menjadi peluang bagi anak muda untuk memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan tersebut.

Bappenas saat ini sedang menyusun peta jalan pengembangan sumber daya manusia menuju pekerjaan hijau. Dalam menghadapi krisis lingkungan dan iklim, transisi ke pekerjaan hijau diharapkan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan menciptakan dampak positif yang signifikan.

"Ada kekhawatiran bahwa uang di green jobs itu tidak menjanjikan. Untuk sekarang mungkin belum, tetapi untuk 10–15 tahun ke depan, karena semua akan green, itu akan lebih kompetitif," ujar Maliki.

Senior Project Development Manager Akuo Energy, Dallih Warviyan, mengatakan prospek green jobs cukup cerah karena berbagai pekerjaan baru yang muncul akibat krisis iklim.

Ada banyak pekerjaan hijau yang belum banyak diketahui khalayak, misalnya sustainability manager, wind turbine engineer, solar energy specialist, hingga environmental health and designer.

Akan tetapi, ia mencatat bahwa peningkatan green jobs tidak sebanding dengan peningkatan green skills.

Kebutuhan akan green jobs muncul dari industri baru, juga industri konvensional. Hanya saja, peningkatan green jobs naik 8 persen dalam durasi 5 tahun (2016–2021), namun tidak dibarengi dengan green skills yang hanya naik 6 persen.

"Jadi, demand-nya ada, supply-nya belum mencukupi," kata Dallih.

Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia, Azis Kurniawan menuturkan pentingnya sinergi dari lembaga pendidikan dan pemerintah untuk mempromosikan pekerjaan hijau kepada masyarakat.

Hal ini karena masih banyak miskonsepsi di kalangan mahasiswa dan masyarakat terkait pekerjaan hijau.

Ia mengatakan, “Mahasiswa yang dekat dengan isu lingkungan masih banyak yang miskonsepsi, apalagi kalau kita menyurvei masyarakat umum, pasti lebih banyak lagi.

Oleh karena itu, dibutuhkan program peningkatan kesadaran melalui kampanye, serta upaya penguatan melalui peraturan perundang-undangan.*

Baca juga: Alumni UI deklarasikan Ruang Politik Sehat Bagi Pemilu 2024

Baca juga: UI beri edukasi memilih jajanan anak yang terhindar bahan kimia obat

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023